Seorang tokoh psikologi berpendapat bahwa untuk memahami kepribadian, seseorang perlu untuk memahami alam pikiran sadar dan juga alam pikiran tidak sadarnya. Tokoh ini percaya bahwa alam pikiran tidak sadar cenderung akan lebih dominan mempengaruhi kepribadian seseorang. Tokoh ini juga percaya akan adanya “archetype” yaitu gambaran pengalaman universal yang dimiliki oleh setiap orang dalam ketidaksadaran kolektifnya. Konsep kepribadian ini banyak dikaitkan dengan aspek “simbolis”, “mitologis”, dan pandangan “spiritual”.
Analytical Psychology, Carl Gustav Jung
Carl Gustav Jung merupakan salah satu tokoh psikologi pencetus “Analytical Psychology”. Awal kariernya bermula ketika dirinya menjadi murid Sigmund Freud dan bahkan digadang-gadang menjadi penerus Sigmund Freud. Awalnya mereka sangat dekat. Namun pada Tahun 1913, hubungan mereka mulai renggang. Beberapa ahli menyatakan bahwa kerengganan mereka disebabkan karena ketidaksepemahaman pikiran diantara keduanya.
Latar Belakang Carl Gustav Jung
Ayah Jung adalah seorang pendeta. Ibunya adalah putri seorang teolog yang percaya dengan tradisi spiritual dan mistis. Salah satu contohnya adalah kakek Jung yang menyimpan kursi kosong yang digunakan untuk berinteraksi dengan arwah istri pertamanya (istri kakek Jung).
Pada saat Jung berusia 3 tahun, ia bermimpi sedang menggali tulang hewan pra-sejarah di dalam gua. Dan mimpi yang dialaminya, membuat Jung ingin mempelajari pikiran bawah sadar dan dia memberi judul “memories”, “dreams”, dan “reflection” pada autobiografinya.
Ide awal yang Jung kemukakan dipublikasikan pada “Psychology of The Unconscious” yang mengandung berbagai hal terkait “mitologi”, “mitos”, dan “fantasi psikotik”. Pada tahun 1921, ia mempublikasikan tulisannya, “Psychology Typen” mengenai perspektif jenis kepribadian dan hubungan antara kesadaran dan ketidaksadaran.
Dalam teorinya Jung berusaha untuk menjelaskan apa dan bagaimana “psyche”. Kata “psyche” merupakan istilah yang digunakan Jung untuk menggambarkan keseluruhan kepribadian seseorang yang mengarahkan pikiran, perilaku, dan perasaannya.
Tingkatan Psyche
Jung membagi Psyche dalam beberapa tingkatan yakni:
- Conscious (Kesadaran)
- Personal Unconscious (Ketidaksadaran Personal)
- Collective Unconscious (Ketidaksadaran Kolektif)
Ketiganya akan saling berinteraksi satu sama lain.
1. Conscious (Kesadaran)
Ego menjadi pusat kesadaran, tetapi bukan inti dari kepribadian. Dalam analytical psychology conscious dipandang hanya memiliki peran yang lebih kecil dibandingkan dengan unconscious. Penekanan yang berlebihan pada conscious justru akan menimbulkan ketidakseimbangan psikologis.
2. Personal Unconscious (Ketidaksadaran Personal)
Semua pengalaman yang direpresi atau yang dilupakan, yang dirasakan oleh satu individu tertentu. Ketidaksadaran personal dibentuk oleh pengalaman masing-masing individu sehingga dapat dikatakan hal ini menjadi bagian yang unik dan berbeda-beda pada setiap individu. Salah satu cara ketidaksadaran personal mempengaruhi perilaku seseorang adalah melalui dampak dari apa yang Jung sebut dengan istilah “complex”, yaitu adalah pola utama dari “emosi”, “memori”, “persepsi”, dan “harapan” pada ketidaksadaran personal yang diorganisasi dalam tema tertentu. Komplex memiliki potensi untuk selanjutnya melakukan kontrol yang kuat atas pikiran, emosi, dan perilaku seseorang.
3. Collective Unconscious (Ketidaksadaran Kolektif)
Ketidaksadaran Kolektif merupakan tingkatan terdalam dari psyche yang berisi akumulasi dari pengalaman yang diwariskan oleh manusia dan spesies sebelumnya. Pengalaman masa lalu yang terkandung dalam ketidaksadaran kolektif termanifestasikan dalam berbagai tema, gambaran atau pola yang disebut dengan “archetype”. Jung melihat mimpi sebagai bukti dari adanya archetype. Berdasarkan mimpi-mimpi manusia, ditemukan adanya pola-pola yang sama, bahkan dengan orang-orang kuno pada zaman lalu (berpola sama dengan keturunan sebelumnya).
Jung juga percaya bahwa halusinasi pasien psikotik juga menunjukkan bukti akan adanya archetype yang menunjukkan pola yang cenderung universal pada manusia dan hal ini diwariskan dari generasi sebelum-sebelumnya.
Beberapa bentuk archetype antara lain: Persona, singkatnya adalah sisi kepribadian yang ditunjukkan oleh seseorang. Self, mempresentasikan kesatuan integrasi dan harmoni dari seluruh komponen kepribadian. Shadow, adalah sisi gelap kepribadian yang berusaha untuk disembunyikan. Anima, sisi feminim dalam diri laki-laki. Animus, sisi maskulin dalam diri wanita. The Great Mother. The Wise Oldman. Dan Hero.
Psychological Types
Jung juga menjelaskan beberapa psychological types yang berkembang ke dalam:
Attitude (Sikap): Introversi dan Ekstraversi
Function (Fungsi): Empat fungsi yang terpisah, yaitu Thinking, Feeling, Sensing, dan Intuiting. Dasar inilah yang kemudian menjadi dasar pengembangan alat tes MBTI.
Menurut Jung, psychopathology dapat terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara berbagai aspek kepribadian, baik Conscious, Personal Unconscious, dan Collective Unconscious. Sebaliknya kondisi psikologi yang sehat dapat tercapai ketika individu mampu mengintegrasikan seluruh komponen kesadaran dan ketidaksadarannya dalam kepribadiannya. Proses ini disebut dengan “individuation”.
Individuation adalah seseorang menjadi individu seutuhnya, memenuhi segala kapasitasnya, dan mampu mengembangkan dirinya. Kondisi ini ditandai dengan kemampuan individu untuk mencapai realisasi diri, meminimalkan persona mereka, mengenali anima atau animus mereka, berani menghadapi sisi negatif dirinya (shadow), serta mampu menyeimbangkan sisi introversi dan ekstraversi mereka.
Individu yang telah mencapai kondisi ini berarti mampu mengasimilasi alam bawah sadar mereka ke dalam kepribadian total mereka. Sehingga terjadi keharmonisan diantara setiap aspek kepribadian.
Dari sekian banyak teori, analytical psychology mampu memberikan pemahaman yang berbeda mengenai psyche atau kepribadian seseorang. Terlepas dari adanya kritik beberapa ahli, nyatanya teori ini masih banyak digunakan pengembangan studi dan praktek psikologi. Salah satu yang khas dalam teori ini yaitu adanya pembahasan mengenai ketidaksadaran kolektif sebagai bentuk warisan dari nenek moyang terdahulu.
Kutipan Carl Jung:
My life is a story of the self-realization of the unconscious. Everything in the unconscious seeks outward manifestation, and the personality too desires to evolve out of its unconscious conditions.