-->

Kean Santang - Dr. H. Sulasman & Suparman

Tidak ada komentar

Cover buku 'Sejarah Islam di Asia & Eropa'
Cover buku 'Sejarah Islam di Asia & Eropa'.
Kean Santang merupakan seorang tokoh yang terkenal dari Sunda. Akan tetapi cerita tentang dirinya sangatlah misterius dan sulit diungkapkan kebenarannya seperti apa. Dalam dunia persilatan Kean Santang terkenal dengan sebutan Gagak Lumayung. Ada beberapa sumber (baik lisan maupun tulisan) yang menceritakan tentang kisah tokoh ini, seperti: cerita rakyat, sejarah Godog yang diceritakan secara turun-tumurun, P. de Roo de la Faille, dan Babad Cirebon yang ditulis oleh P. S. Sulendraningrat.
.
Dalam cerita rakyat sendiri terdapat beberapa versi. Versi pertama mengatakan bahwa Kean Santang pernah bertanding dengan Sayyidina Ali. Sayyidina Ali menancapkan sebuah tongkat di tanah, dan Kean Santang kesulitan untuk mencabutnya. Akan tetapi setelah Kean Santang membaca kalimat syahadat, tongkat itu dengan mudah dicabutnya. Mashaallah.
.
Sedangkan cerita rakyat versi lain mengatakan bahwa Kean Santang ini merupakan anak dari Raja Pajajaran yang kemudian masuk Islam. Ia pergi naik haji. Pulang ia berganti nama menjadi Haji Lumajang. Cerita lainnya mengatakan bahwa di Pajajaran Kean Santang telah berhasil memiliki banyak pengikut. Bahkan putra-putra raja banyak yang masuk Islam. Kean Santang diusir dari keraton. Lalu Ia pergi ke Campa ketika Kerajaan Pajajaran runtuh.
.
Dalam sejarah Godog menceritakan bahwa Kean Santang ini pergi ke Preanger (Priangan) dari pantai utara. Ia pergi bersama pengikutnya. Menurut P. de Roo de la Faille, Kean Santang atau Pangeran Lumajang Kudratullah atau Sunan Godog pergi bersama sebelas orang sahabatnya. Mereka adalah Saharepen Nagele, Sembah Dora, Sembu Kuwu Kandang Sakti (Sapi), Penghulu Gusti, Raden Halipah Kandang Haur, Prabu Kasiringanwati atau Ratu Sinom atau Dalem Lebaksiuh, Saharepen Agung, Panengah, Santuwan Suci, Santuwan Suci Maraja, dan Dalem Pangerjaya.
.
Menurut Babad Pajajaran, pernah suatu ketika Prabu Siliwangi melihat cahaya yang menyala di langit. Ia mengutus Kean Santang untuk memeriksa cahaya itu hingga ke Mekah. Disana Prabu Kean Santang mendapatkan berita bahwa cahaya yang dimaksud Prabu Siliwangi adalah Islam. Setelah itu Ia masuk Islam. Ia kembali ke Pajajaran dan menyebarkan agama barunya tersebut. Sebagian penduduknya menerima dan sebagian lagi menolak. Hal inilah yang membuat Pajajaran menjadi tidak stabil. Babad Pajajaran ini sebenarnya merupakan sebuah refleksi adanya pergeseran kekuasan dari raja pra-Islam ke raja Islam.
.
Ada sebuah cerita. Di tahun 1579 Masehi Kean Santang atau lebih dikenal dengan Haji Mansur pernah dimintai tolong oleh Maulana Yusuf (pemimpin pasukan muslim) untuk membantunya menyerang Pajajaran. Karena tokoh-tokoh lain sudah tiada, seperti: Syekh Abdul Iman (wafat 1529 M), Sunan Gunung Djati (wafat 1568 M), Fatahillah (wafat 1570 M), dan Hasanudin (wafat 1570 M). Untuk itulah mereka memilih Kean Santang sebagai penasihat (tidak bertarung karena sudah berumur) karena beliau satu-satunya tokoh yang masih ada.
.
Menurut cerita rakyat dalam sejarah Bogor, pada tanggal 8 Mei 1579, Pajajaran runtuh karena serangan dari Kerajaan Banten yang dibantu oleh seorang tokoh yang bernama Ki Jungju. Ki Jungju ini adalah nama Pangeran Raja Sangara atau Haji Mansur atau lebih dikenal dengan nama Kean Santang.
.
Menurut pendapat dari Nina Herlina Lubis, nama lain dari Kean Santang atau Sunan Godog atau Sunan Rahmat adalah Maulana Ifdil Hanafi atau Haji Tan Eng Hoat.
.
Menurut Carita Purwaka Caruban Nagari, pada masa akhir hidupnya, Kean Santang mengembangkan Islam di daerah Priangan Selatan. Sedangkan menurut sumber tradisi di Garut, Kean Santang pergi menyebarkan Islam di Godog, Ciburuy atau Bayongbong, Hutan Sancang, Cilauteureun, dan di Depok. Di Depok inilah yang menjadi tempat peristirahatan terakhir Kean Santang.
.
Berdasarkan cerita-cerita di atas maka dapat disimpulkan bahwa Kean Santang memang benar merupakan anak dari Prabu Siliwangi. Kesimpulan ini dapat dicocokkan dengan berita yang disampaikan oleh P. S. Sulendraningrat yang mengatakan bahwa Kerajaan Pajajaran yang dipimpin oleh Prabu Siliwangi telah membawahi kerajaan-kerajaan kecil. Ketika Prabu Siliwangi menginspeksi daerah-daerah kekuasaannya ia berhenti di Pesantren Qura Karawang. Disitulah ia bertemu dengan Nyi Mas Subang Larang. Lalu mereka menikah dan memiliki tiga orang anak, yaitu: Walungsungsang, Ratu Lara Santang, dan yang terakhir adalah Kean Santang.
.
Kesimpulannya adalah Kean Santang merupakan salah satu tokoh penyebar agama Islam di tanah Pasundan yang diperkirakan mulai menyiarkan agama Islam dan menyebarkannya pada tahun 1445 Masehi. Semoga dari kisah Kean Santang ini kita dapat mengambil hikmahnya. Kean Santang lebih memilih menyebarkan agama Islam daripada mengikuti agama ayahnya, Prabu Siliwangi. Diusir dan tidak boleh tinggal di Kerajaan Pajajaran, ia tetap memilih jalan Islam. Mashaallah.
  • DaftarPustaka|Dr.H.Sulasman,M.Hum.|Suparman,M.Ag.|SejarahIslamdiAsia&Eropa|PustakaSetia|Bandung|CetakanPertama|2013|Hal.351sampai355|

Komentar