Pergantian Nama Popeye Express Chicken Menjadi Popeneeye – Strategi atau Penghindaran?

Reza
0

Beberapa waktu lalu, sebuah merek ayam goreng lokal yang cukup dikenal di sejumlah daerah, Popeye Express Chicken, secara tiba-tiba mengganti namanya menjadi Popeneeye. Sekilas, perubahan ini tampak sederhana—hanya permainan ejaan. Namun jika dilihat lebih dalam, keputusan ini menyimpan sejumlah makna yang bisa ditarik dari berbagai sisi, terutama jika kita mengaitkannya dengan brand global yang jauh lebih besar, yaitu Popeyes Louisiana Kitchen, restoran cepat saji asal Amerika Serikat yang juga menyajikan ayam goreng sebagai menu utamanya.

Kemiripan Nama yang Membingungkan

Tidak bisa dimungkiri bahwa nama Popeye Express Chicken sangat menyerupai Popeyes. Kedua-duanya bermain di industri yang sama—ayam goreng cepat saji—dan sama-sama menggunakan kata "Popeye" (atau variasinya) dalam penamaan. Ini membuka pertanyaan: apakah merek lokal ini sejak awal memang "numpang nama" untuk mendapatkan keuntungan dari asosiasi tidak langsung dengan merek global?

Bagi konsumen awam, sangat mungkin terjadi kebingungan. Bahkan sebagian mungkin menyangka bahwa Popeye Express Chicken adalah cabang lokal atau versi murah dari Popeyes. Dalam dunia brand, kemiripan semacam ini bisa jadi masalah serius. Di sinilah potensi sengketa hak merek bisa terjadi.

Dugaan Terkait Hak Kekayaan Intelektual

Melihat momen pergantian nama menjadi Popeneeye, bisa saja ini adalah langkah rebranding paksa karena tekanan dari pihak Popeyes. Meskipun belum ada konfirmasi publik, tapi dugaan semacam ini bukan hal asing dalam bisnis. Perusahaan besar kerap melindungi nama dan citra mereknya dari peniru atau “pengikut” yang mencoba mengambil celah dari popularitas mereka.

Perubahan ejaan menjadi Popeneeye terkesan sebagai upaya “menjauh tapi tetap dekat.” Nama itu masih terdengar mirip dan tetap bisa diasosiasikan dengan nama sebelumnya, namun secara teknis berbeda dan bisa saja didaftarkan sebagai merek sendiri. Ini seperti strategi bertahan hidup dalam ketatnya hukum merek dagang.

Antara Kreativitas dan Ambiguitas

Sebagian orang mungkin melihat pergantian ini sebagai bentuk kreativitas lokal. Tetapi, di sisi lain, ini juga menunjukkan bagaimana pelaku usaha di Indonesia—khususnya di bidang kuliner—masih sering bermain-main di area abu-abu dalam hal branding. Alih-alih membangun identitas unik, sebagian malah meniru elemen-elemen dari brand besar demi mendapatkan keuntungan instan.

Padahal, jika sejak awal merek seperti Popeye Express Chicken memilih jalur orisinalitas, mereka punya kesempatan untuk tumbuh lebih solid dan tidak bergantung pada nama besar orang lain. Sayangnya, rebranding yang dilakukan belakangan justru menimbulkan pertanyaan baru tentang integritas dan arah identitas merek mereka.

Pelajaran untuk Pelaku Usaha Lokal

Perubahan nama Popeye Express Chicken menjadi Popeneeye bukan sekadar soal ejaan. Ini adalah cermin dari dinamika antara brand lokal dan global, serta pelajaran tentang pentingnya orisinalitas dalam membangun merek. Pelaku usaha perlu menyadari bahwa membangun brand bukan hanya soal rasa atau layanan, tetapi juga identitas yang kuat dan otentik.

Karena dalam dunia yang semakin terkoneksi, “mirip” bukan hanya membingungkan—tapi juga bisa menjadi bumerang hukum dan reputasi.

Referensi:

ChatGPT

Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)