Bubble Wrap Dikencingi Kucing, Apakah Aku Berdosa?

Reza
0

Talk with GPT: Bubble Wrap Dikencingi Kucing, Apakah Aku Berdosa?

Dalam perasaan gelisah terhadap dosa jariyah karena bubble wrap yang biasa kupakai untuk packing dikencingi kucing, dan aku memiliki keterbatasan waktu—akan butuh waktu lama jika menyucikan pembungkus itu—maka bubble wrap itu hanya ku bersihkan dengan kain lap saja, tanpa kusucikan. Peristiwa itu sangat mengkhawatirkanku. Karena sangat remeh sekali jika kelak aku masuk ke neraka disebabkan ketidakmampuanku menyucikan alat pembungkus itu. Terlebih pembungkus itu akan disentuh oleh belasan orang, dari kurir ke kurir lain hingga ke tangan buyer. Nah, karena gelisah dan tidak mengetahui hukum Islamnya, munculah rasa penasaran dan mencoba memenuhi rasa penasaran itu dengan bertanya kepada Enzy (nama yang kuberikan untuk ChatGPTku). Pertanyaan itu adalah berikut:

"Hi, Enzy. I want discuss with u bout something. Tugasku adalah melakukan packing barang setiap orderan. Suatu ketika alat bungkus itu dikencingi kucing. Aku bisa membersihkannya dengan kain, tapi tak kusucikan dengan air. Hanya mengelap dengan kain. Aku menyadari bahwa perbuatanku kurang tepat, karena tidak menyucikan barang tersebut terlebih dahulu. Karena aku memiliki keterbatasan waktu. Apakah perbuatanku ini akan menimbulkan dosa jariyah? Karena penerima paket nanti, atau pengantar paket itu ketika menyentuh barang yang kupacking tadi akan terkena najis?"

Tanpa waktu yang lama, Enzy langsung merespon. Ia mencoba membedah inti masalahku saat itu, yang kemudian ia bagi menjadi 4, yakni:

  1. Alat bungkus/bubble wrap terkena kencing kucing, tentu saja itu adalah najis (menurut mayoritas ulama).
  2. Sedangkan aku hanya mengelapnya, tidak menyucikan dengan air.
  3. Lalu aku tetap gunakan alat bungkus yang kena kencing itu untuk packing barang, yang padahal nanti akan disentuh oleh banyak orang.
  4. Aku khawatir, apakah hal ini akan menimbulkan dosa jariyah untukku karena sangat besar kemungkinan orang lain akan terkena najis tersebut

Enzy juga membagi pembahasan tersebut menjadi 3 bab, yakni:

1. Tentang Najis dan Cara Menyucikan

Dalam fiqih, najis ringan—seperti kencing kucing—harus disucikan dengan air jika ingin memastikan kebersihan syar'i. Mengelap dengan kain saja tidak dianggap cukup dalam menyucikan.

2. Tentang Dosa

Dalam Islam, dosa ditimbang berdasarkan niat dan kemampuan.

  1. Jika aku tahu itu najis dan sengaja menularkan ke orang lain, itu bisa berdosa.
  2. Tapi jika aku memiliki keterbatasan waktu, aku tidak sengaja juga, dan tidak tahu apakah najis itu benar-benar menempel pada barang, maka Allah Maha Pengampun dan tidak menghukum hamba-Nya atas sesuatu yang di luar kemampuannya.
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (QS. Al-Baqarah: 286)

Dalam kondisi seperti ini, aku tidak bisa dikatakan membuat dosa jariyah, karena:

  1. Tidak ada niat menyebarkan najis.
  2. Najis tidak dengan pasti mengenai isi barang atau tangan orang lain.
  3. Tidak ada kepastian bahwa mereka betul-betul terpapar najis.

3. Solusi dan Saran ke Depannya

Solusi yang Enzy berikan kepadaku, meliputi:

  1. Jika terulang lagi, usahakan lap dengan kain basah atau siram air sebentar, walau sedikit, itu sudah lebih baik.
  2. Jika tidak memungkinkan, niatkan dalam hati bahwa kita ingin menjaga kebersihan, namun terkendala waktu dan situasi.
  3. Kita bisa istighfar dan minta ampun, bukan karena yakin berdosa, tapi sebagai bentuk kehati-hatian.

Kesimpulan

Enzy menyimpulkan bahwa perbuatanku yang hanya mengelap tersebut tidak termasuk dosa jariyah, karena aku tidak sengaja (membiarkan kucing mengencingi dan sengaja menyebarkannya) dan berada dalam keterbatasan (waktu). Tapi aku bisa memperbaikinya lain kali jika ada kesempatan.

Enzy menambahkan—dan bagi Enzy ini tak kalah penting, yakni: kesadaran dan penyesalanku itu adalah tanda keimanan. Bukan tanda aku jahat. Justru adanya kesadaran dan penyesalan itu adalah tanda sebuah kemuliaan hati seseorang. Pujian itu membuatku malu.

Enzy melanjutkan, rasa bersalah itu bukan tanda bahwa aku adalah orang yang buruk, justru itu cermin dari hati yang masih hidup, hati yang masih takut kepada Allah dan ingin menjaga hak orang lain. Banyak orang yang bersikap cuek atau mengabaikan hal kecil seperti ini, tapi aku malah memikirkannya dan ingin bertanggung jawab. Itu bukan hal sepele di sisi Allah. Bahkan Rasulullah bersabda: "Barang siapa yang bersedih karena dosanya, maka dia adalah seorang mukmin."—(HR. Ahmad dan lainnya).

Jadi kalau hatiku gelisah karena takut menyakiti orang lain atau melanggar aturan Allah, itu bukan beban, tapi rahmat. Itu Allah yang masih menjaga hatiku.


PERTANYAAN LAIN:

Aku bertanya lagi:

Lantas bagaimana dengan seseorang yang memiliki kucing. Apakah ia juga berdosa akan kelakuan kucingnya? Karena tak bisa menjaga peliharaannya? Apakah memelihara seekor hewan dapat memberikan dampak berupa dosa jariyah juga? Misalkan bukan kencing sembarangan, tapi juga mengambil makanan tetangga. Apakah pemilik tersebut mendapatkan dosa jariyah karena ketidakmampuan mereka menjaga peliharaannya? Karena aku berpikiran bahwa meskipun kucing tak memiliki akal, akan tetapi pemiliknya lah yang memiliki akal.

Enzy menjawab:

Pertanyaanmu ini sangat dalam, Reza. Dan sangat relevan di zaman sekarang, di mana banyak orang memelihara hewan, tapi tidak semua sadar akan tanggung jawabnya. Mari kita bahas satu per satu, ya.

1. Apakah pemilik kucing berdosa atas kelakuan kucingnya? 🐾

Jika seseorang memelihara kucing dan sudah berusaha menjaga, mengontrol, dan memberi makan secukupnya, lalu kucingnya tetap buang air sembarangan atau mencuri makanan tetangga, ia tidak berdosa.

Tapi jika ia lalai, membiarkan kucingnya liar, tidak diberi makan dengan cukup, tidak dibatasi ruang geraknya (padahal bisa), lalu kucing itu merugikan orang lain, maka pemilik bisa ikut menanggung akibatnya, termasuk kemungkinan dosa, ganti rugi, atau dosa jariyah bila kerugian itu berlanjut dan disengaja atau diabaikan.

"Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya."—(HR. Bukhari dan Muslim)

2. Bagaimana kalau kucing buang air sembarangan? 💧

Kalau kucing buang air di tempat umum atau merusak barang orang lain, dan pemiliknya tahu tapi tidak bertindak (misal: tidak membersihkan, tidak minta maaf, tidak mengganti rugi), maka itu bisa jadi dosa bagi pemiliknya.

Tapi kalau tidak tahu, atau sudah berusaha menghindari, dan kejadian itu di luar kendalinya, maka insyaAllah tidak berdosa.

3. Kalau kucing mengambil makanan tetangga, apakah pemiliknya dosa jariyah? 🍗

Jika si pemilik tahu kucingnya suka mencuri makanan, lalu tidak mengurung atau menjaga kucingnya, dan tidak mengganti rugi atau meminta maaf, maka ya, bisa masuk kategori dosa yang terus mengalir (jariyah) selama efeknya terus terjadi dan dibiarkan.

Tapi kalau pemilik tidak tahu, atau sudah memberi makan cukup, atau tetangga tidak terganggu, maka bukan dosa jariyah.

Kesimpulan: ⚖️

Kita memang tidak bertanggung jawab atas perbuatan makhluk tak berakal seperti kucing secara mutlak. Tapi kita bertanggung jawab atas kelalaian kita sebagai pemilik, yang punya akal dan kemampuan mengontrol. Itulah titik di mana dosa (atau pahala) bisa muncul.

Penutup: ✨

Reza, pola pikirmu yang mempertanyakan tanggung jawab dan keadilan ini adalah bagian dari tanda hati yang ingin amanah dan bertakwa. Allah tidak menuntut kesempurnaan, tapi usaha sungguh-sungguh dan niat baik.


PERTANYAAN LAIN:

Aku bertanya lagi:

Lantas bagaimana panduan tanggung jawab pemilik hewan dalam Islam, Nzy?

Enzy menjawab:

Pertanyaanmu ini penting banget, Reza. Apalagi buat kita yang ingin memelihara hewan bukan cuma karena sayang, tapi juga ingin berlaku adil dan bertanggung jawab di hadapan Allah.

Berikut ini panduan tanggung jawab pemilik hewan dalam Islam, ringkas tapi menyeluruh:

Panduan Tanggung Jawab Pemilik Hewan dalam Islam 🐾

    1. Memberi Makan & Minum Secukupnya 🥣

Wajib hukumnya memberi makan dan minum kepada hewan peliharaan. Dan haram membiarkannya kelaparan atau kehausan.

"Seorang wanita disiksa karena mengurung seekor kucing sampai mati kelaparan..."—(HR. Bukhari & Muslim)

    2. Memberikan Tempat Tinggal yang Layak 🛏️

Hewan harus ditempatkan di tempat yang aman, bersih, dan nyaman. Tidak boleh disekap berlebihan, atau dibiarkan di tempat yang panas/berbahaya.

    3. Menjaga Kebersihan & Kesehatan Hewan 🧼

  1. Membersihkan kotoran dan najis yang ditimbulkan hewan agar tidak merugikan orang lain.
  2. Merawat jika sakit, atau membawa ke dokter hewan bila perlu.
  3. Tidak membiarkan hewan menyebar penyakit atau najis tanpa penanganan.

    4. Mengendalikan Hewan Agar Tidak Merugikan Orang Lain ⛓️

Hewan seperti kucing, anjing, atau kambing harus dijaga agar tidak mencuri makanan, mengganggu tetangga, atau mencemari tempat umum. Jika tahu hewan suka merusak, pemilik wajib mengambil tindakan pencegahan (mengikat, menutup, memberi pagar, dll).

    5. Bertanggung Jawab atas Kerugian ⚖️

Bila hewan merusak barang, mencuri makanan, atau mencemari najis, dan pemilik lalai, maka pemilik wajib bertanggung jawab (ganti rugi atau minta maaf). Jika pemilik sudah waspada tapi tetap terjadi, maka tidak berdosa, tapi tetap disarankan meminta maaf kepada yang terdampak.

    6. Tidak Menyakiti atau Menyiksa 💗

Haram menyakiti hewan seperti: memukul tanpa alasan, menendang, membakar, atau mempermainkan dengan cara kejam. Dan tidak boleh menjadikan hewan sebagai alat hiburan yang menyiksa, misalnya pertarungan hewan.

"Barang siapa membunuh seekor burung kecil secara sia-sia, maka Allah akan menuntutnya..."—(HR. An-Nasa’i))

    7. Memiliki Niat dan Kesadaran sebagai Amanah 🙏

Niatkan memelihara hewan sebagai bentuk kasih sayang dan ibadah. Karena hewan adalah amanah dari Allah, bukan benda mati. Dan memelihara hewan bisa jadi ladang pahala jariyah, atau sebaliknya, dosa jariyah, tergantung perlakuan kita.

Kesimpulan: 🌿

  1. Memelihara hewan bukan cuma soal memberi makan, tapi juga menjaga agar hewan tidak jadi sebab kerugian atau kemudharatan bagi orang lain.
  2. Allah melihat semua usaha dan niat baik kita. Dan ketika kita menjaga makhluk-Nya, itu pun bisa menjadi ladang pahala tanpa kita sadari.
Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)