Diantara jutaan pasang mata entah mengapa aku masih terhanyut dan tersesat pada elok matamu. Mata yang selalu meneduhkan dan menunjukan kasih sayang yang kurasa meluap. Tercurah sampai bisa mendobrak kerasnya hatiku. Entah mengapa aku masih mendamba hadirmu ditengah kesunyian yang kian mencekik. Mencari sorot tajam matamu yang seakan berteriak menyeru namaku untuk mengusir sendu yang lama bergelayut padaku. Dalam bilik yang tak cukup besar dan cahaya yang kian meremang ditambah rintik hujan yang semakin deras diluar jendela seakan mendukung kerinduanku akan hadirmu. Entahlah, musim hujan selalu saja membuatku gagal untuk melupakanmu. Hari-hari yang semakin hampa tanpamu disisiku semua abu-abu sejak kita tak bersama, tak ada lagi warna yang dapat aku lihat. Fikiranku terbang pada masa itu, seolah ingin ku putar ulang terus menerus bagai kaset rusak.
Tatkala ku belokkan sepedaku menghindari amukan petir yang menggelegar ujung mataku tertuju padamu yang rupanya juga sedang berteduh, separuh pakaianmu sudah basah kuyup. Bisa-bisanya kita menertawakan keteledoran kita yang lupa membawa jas hujan padahal sudah musimnya. Tanpa ragu kau melepas jaketmu untukku sembari merapatkan jarak kita, agar aku tak kedinginan katamu. Rasa hangat yang kau berikan seolah membakar gejolak yang ada dalam jiwaku. Kita bercumbu ditengah dentingan hujan yang membuatnya terasa semakin mesra. Paduan kasih yang tercurah tanpa henti seakan tak ingin usai dengan cepat dan memenggak waktu agar mau berhenti barang sejenak. Entah sejak kapan rona ini muncul dipipiku, aku yakin kaupun pasti tau apa yang aku rasakan. Diantara banyak sorotan mata entah mengapa hanya sorot matamu yang tak berani ku tatap. Seakan membeku dengan tatapanmu, aku tak tau apa yang harus aku lakukan. Bergegas memalingkan mata adalah hal yang bisa aku fikirkan, semakin ku lihat aku semakin takut terperosok dalam hasratku yang ingin menjadikanmu miliku seutuhnya. Dimana egoku meninggi ingin menegaskan kau punyaku dan dengan bangga menunjukan beruntungnya aku bisa disisimu.
Ah sialnya saat aku sedang mabuk kepayang oleh balutan cintamu, yang meninggikan harapku tanpa aba tiba-tiba kau menghilang tanpa jejak. Tak ada kabar yang ku dengar bahkan bayangmupun sudah tak lagi ku jumpai. Cukup keras aku berusaha mencari keberadaanmu, namun nihil. Semesta berkata lain, sepertinya semesta hanya ingin kita menikmati rasa itu dalam tempo yang singkat. Bergulat dengan gemuruh hatiku yang masih tergambar jelas akan sosokmu. Di tengah hatiku yang berusaha pulih dan bangkit tak sengaja aku melihatmu memamerkan sosok lain diberandamu yang cukup membuatku terguncang. Banyak pertanyaan timbul dibenakku, siapa wanita itu, kenapa bisa muncul di sana, sepenting apakah dia dan banyak lagi yang ingin aku pertanyakan. Namun mustahil kita bukanlah sepasang kekasih, kita hanya dua manusia yang kebetulan berjumpa dimana aku yang tanpa sadar menaruh rasa dan kau yang mengisi kehampaan yang mungkin muncul di hidupmu. Aku hanya bisa mengorek dalam diam, mencari tau ada apa diantara kalian, apakah hubungan kalian, seserius apa itu. Aku tertampar dengan fakta yang aku dapat, ternyata dia adalah wanitamu. Wanita yang selama ini kau tunggu dan berada jauh darimu. Ya dia kekasihmu, fakta itu cukup untuk mengoyak hatiku yang selama ini mendambamu. Dia kekasihmu jauh sebelum kita bertemu, dan ternyata aku hanya selingan bagimu saat kau butuh kehangatan darinya. Saat dia kembali kau membuangku begitu saja bahkan tanpa kata perpisahan. Tanpa permintaan maaf bahkan terimakasih. Tidak pernah ada penjelasan sampai kita menjadi asing. Seperti hari kemarin tidak pernah ada, seperti menerbangkan layang layang yang kau lepas talinya. Tidak peduli kemana dia akan terbang. Tak peduli dia tersangkut dan robek. Kau sudah mendapatkan kesenangan dengan menggenggam dan menerbangkannya, kemudian kau lepas begitu saja saat kau dapat yang kau inginkan. Ternyata tanpa aku tau kau seegois itu. Dan bodohnya aku masih tetap mencintaimu dan menunggumu disini. Menunggumu melepaskannya dan kembali padaku.
Aku iri dengan setiap mata yang bisa memandangmu dengan leluasa, aku ingin memandangimu selama yang aku bisa, merangkupmu dalam pelukku. Menikmati indah setiap rasa yang kau berikan dan hanya kita berdua didalamnya. Merebahkan semua lelahku dalam pundakmu, dan seolah bebanku terangkat menguap keudara. Tak peduli berapa banyak rintangan yang ada di depan sana. Aku hanya ingin dirimu tanpa membaginya dengan siapapun. Aku bersikeras memilikimu disetiap detik dalam hidupku. Entah bagaimana kerasnya aku harus merayu Tuhan agar Dia memberikanmu padaku. Sebab aku tau, sosokmu tak akan pernah ada di diri siapapun.