Antologi Puisi Karya Ara

Reza
0
Antologi Puisi Karya Ara

Hai tuan, bisikanmu masih bergema. Telingaku masih mendengar lantunan aksaramu. Meyakinkan kalau kau yang terakhir. Meyakinkan kau tidak akan pergi dan tidak ada yang lain. Jantungku masih berdebar mendengar namamu. Tersemat baik namamu ditelinga kawanku. Manusia yang akan menjaga kawan mereka. Hingga suatu pagi aku bangun, melihat bahwa dirimu sudah tidak disisiku. Berpaling dengan bunga lain yang baru kau temui. Yang kau anggap lebih baik. Dan meninggalkan puing hati yang berserakan di sini. Tanpa tau lagi caranya menjadi utuh.


Dua

DUA

Persetan perihal rasa

Semua ada tanpa aba

Tak jua dikultuskan untuk bersama

Laksana jatukrama tanpa aksa

Lantas berujung lara

Biar amerta dalam aksara


Sukar namun tetap ku damba

Memaksa maju walau buntu

Renjanaku tetap tak beranjak

Menyeru satu nama

Tetap mengharap satu

Melibas hati yang koyak


Tiran (Karya: Ara)

Tiran

Kami buruh kecil harus taat pada pemilik

Harus lapang terima semua keputusan atau siap dicutat

Kami buruh kecil berjuang demi sesuap nasi

Mengais gaji dari banjir keringat

Tenaga habis dikuras demi mulyanya kaum berduit

Bekerja tanpa penat demi keluarga agar tetap sehat

Menghiraukan tulang remuk dan hati koyak tanpa bisa memelas


Wahai yang mulia yang katanya pembela kami

Merendah meminta suara demi sebuah kemenangan

Lantas angkat tangan menjadi buta dan tuli atas ketidakadilan

Mana janjimu

Kami masih tetap nelangsa

Sen-sen yang masuk tetap tak cukup untuk hidup

Cukong-cukong buta itu tetap merajalela

Menguasai puncak rantai makanan

Tak takut langgar aturan asal ada uang

Buruh kecil ini harus terima dan mengikat perut lebih kencang

Lantas mana janji yang di koar-koarkan

Persetan apa itu keadilan

Hanya angan semu yang menjadi angin lalu

Kami terpaksa mengencangkan otot menguatkan tulang

Agar kokoh berdiri melihat pergolakan kehidupan yang kian mengenaskan


Antologi Puisi Karya Ara

Hai tuan, bisikanmu masih bergema

Telingaku masih mendengar lantunan aksaramu

Meyakinkan kalau kau yang terakhir

Meyakinkan kau tidak akan pergi dan tidak ada yang lain

Jantungku masih berdebar mendengar namamu

Tersemat baik namamu ditelinga kawanku

Manusia yang akan menjaga kawan mereka

Hingga suatu pagi aku bangun

Melihat bahwa dirimu sudah tidak disisiku

Berpaling dengan bunga lain yang baru kau temui

Yang kau anggap lebih baik

Dan meninggalkan puing hati yang berserakan di sini

Tanpa tau lagi caranya menjadi utuh.

Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)