Hai tuan, bisikanmu masih bergema. Telingaku masih mendengar lantunan aksaramu. Meyakinkan kalau kau yang terakhir. Meyakinkan kau tidak akan pergi dan tidak ada yang lain. Jantungku masih berdebar mendengar namamu. Tersemat baik namamu ditelinga kawanku. Manusia yang akan menjaga kawan mereka. Hingga suatu pagi aku bangun, melihat bahwa dirimu sudah tidak disisiku. Berpaling dengan bunga lain yang baru kau temui. Yang kau anggap lebih baik. Dan meninggalkan puing hati yang berserakan di sini. Tanpa tau lagi caranya menjadi utuh.
DUA
Persetan perihal rasa
Semua ada tanpa aba
Tak jua dikultuskan untuk bersama
Laksana jatukrama tanpa aksa
Lantas berujung lara
Biar amerta dalam aksara
Sukar namun tetap ku damba
Memaksa maju walau buntu
Renjanaku tetap tak beranjak
Menyeru satu nama
Tetap mengharap satu
Melibas hati yang koyak
Tiran
Kami buruh kecil harus taat pada pemilik
Harus lapang terima semua keputusan atau siap dicutat
Kami buruh kecil berjuang demi sesuap nasi
Mengais gaji dari banjir keringat
Tenaga habis dikuras demi mulyanya kaum berduit
Bekerja tanpa penat demi keluarga agar tetap sehat
Menghiraukan tulang remuk dan hati koyak tanpa bisa memelas
Wahai yang mulia yang katanya pembela kami
Merendah meminta suara demi sebuah kemenangan
Lantas angkat tangan menjadi buta dan tuli atas ketidakadilan
Mana janjimu
Kami masih tetap nelangsa
Sen-sen yang masuk tetap tak cukup untuk hidup
Cukong-cukong buta itu tetap merajalela
Menguasai puncak rantai makanan
Tak takut langgar aturan asal ada uang
Buruh kecil ini harus terima dan mengikat perut lebih kencang
Lantas mana janji yang di koar-koarkan
Persetan apa itu keadilan
Hanya angan semu yang menjadi angin lalu
Kami terpaksa mengencangkan otot menguatkan tulang
Agar kokoh berdiri melihat pergolakan kehidupan yang kian mengenaskan
Hai tuan, bisikanmu masih bergema
Telingaku masih mendengar lantunan aksaramu
Meyakinkan kalau kau yang terakhir
Meyakinkan kau tidak akan pergi dan tidak ada yang lain
Jantungku masih berdebar mendengar namamu
Tersemat baik namamu ditelinga kawanku
Manusia yang akan menjaga kawan mereka
Hingga suatu pagi aku bangun
Melihat bahwa dirimu sudah tidak disisiku
Berpaling dengan bunga lain yang baru kau temui
Yang kau anggap lebih baik
Dan meninggalkan puing hati yang berserakan di sini
Tanpa tau lagi caranya menjadi utuh.
