-->

Januari 2023: Januari Mengajarkan Keikhlasan by Perindu

Tidak ada komentar

Hari ini, tanggal 8 januari 2023. Sepertinya untuk cinta seorang diri sudah tidak mau memikirnya lagi. Dan seorang diri untuk lebih berkenalan dengan diri sendiri. Siapakah aku ini?

Sebelum mencari diri yang sebenarnya. Pada suatu sore seorang diri sedang duduk-duduk di depan teras sambil menghisap sebatang rokok dan memegang sebuah buku, pada saat itu pula si Dewi lewat dengan tambatan hatinya, berpapasan dengan seorang diri, anehnya si Dewi yang dulu diharapkan, di banggakan, dan begitu pula dicintai malah justru memalingkan wajahnya tidak menyapa sama sekali. Padahal budaya orang jawa kalau berpapasan dengan orang harus saling sapa, itu menunjukan sopan santun, seorang yang bermoral jawa sebenarnya. Tapi seorang diri tidak mementingkan soal itu, tapi hati seorang diri bertanya tanya, apa yang membuat si Dewi itu begitu? Padahal dulu-dulu dia tidak seperti itu. Ahh sudahlah seorang diri tertawa sendiri, mungkin dia melihat seorang diri begitu asing di mata dia. Lupakan hal itu!

Saat ini seorang diri sedang gemar membaca buku-buku filsafat, tetapi yang paling menarik dari filsafat F. Nietzche. Menarik untuk dibahas sebenarnya. Dia, Nietzche bisa di bilang seorang pemberontak Jerman dan dia tidak mengakui keberadaan Tuhan, bagi seorang diri itu adalah keanehan dalam menjalani kehidupan apalagi dia tidak mempercayai keberadaan-Nya, sungguh aneh. Semakin terlarut dalam filsafat Nietzche seorang diri menjadi tau tentang menjadi manusia individual yang tidak bergantung kepada siapapun baik keluarga maupun sahabat karib. Tetapi hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang bagaimana juga membutuhkan orang lain dalam menjalakan hidup. Dia berpendapat dalam konsep membenci teman²nya, seorang manusia berpengetahuan. Teman, siapapun itu tetaplah manusia dengan sifat²nya, mungkinkah dia berkhianat? Karena dalam nalar moral "yang dipaksakan" hadir dalam dongeng², film², puisi², dan dogma-dogma agama, apa yang digambarkan teman adalah ke"loyalan". Dia berpendapat, apa bedanya teman dengan peliharaan? Apa bedanya raja dan pelayan? Maka sebenarnya teman adalah seorang manusia juga, yang memiliki individunya sendiri, yang memiliki kesempatan untuk tidak me"loyal" (Pergumulan dan Pemberontakan Nietzche. Karya EMHAF)

Dari filsuf Nietzche seorang diri ketagihan untuk membaca buku-buku yang lain, suatu ketika seorang diri bersama temanya mengajak untuk mencari buku tentang MKG (Manunggaling Kawulo Gusti) dari Syekh Siti Jenar. Seorang diri bertanya, kenapa Syekh Siti Jenar begitu dibicarakan terkait metode-metode meyebarkan islam-jawa, dan kenapa ada yang menyetujui benar dan ada pula yang menyetujui "sesat". Menurut Widji Saksono yang dimuat dalam edaran Al-jami'ah (1962) dikatakan bhawa wejangan pengetahuan dari Syekh Siti Jenar kepada kawan-kawannya ialah tentang penguasaan hidup, tentang pintu kehidupan, tentang tempat hidup kekal tak berakhir di kelak kemudian hari. Syekh Siti Jenar lebih menekankan aspek kejiwaan daripada aspek lahiriah, sehingga ada juga yang menyimpulkan bahwa konsepsi tujuan hidup manusia tidak lain sebagai bersatunya manusia dengan Tuhan (Manunggaling Kawulo Gusti).

Mengapa Syekh Siti jenar dianggap "sesat dan doktrinya", karena Syekh Siti Jenar menterus-terangkan mengungkapkan spiritualitas, yang di pandang sebagi ilmu rahasia oleh umumnya "auliya' ". Syekh Siti jenar juga mengajarkan seluruh ilmu roh diungkapkan secara terbuka dan diperuntungan untuk umum, sekali pun dengan murid dan pengikut baru. Yang dikhawatirkan oleh walisongo adalah para murid-murid Syekh Siti jenar tidak bisa mentafsirkan secara benar dan bertolak belakang dengan syari'at islam.(KH.Muhammad sholikhin.Filsafat kemaunggalan Syekh Siti Jenar).

Tanggal 26 januari 2023. Saat ini seorang diri berdirgahayu yang ke 24 tahun, seperti biasa seorang diri tidak memeriahkan tahun kelahiranya. Cukup seorang diri berdo'a kepada Sang Khaliq, bagi seorang diri itu lebih dari sepotong kue dan ucapan selamat ulang tahun dari siapapun itu. Bahkan juga dalam awal tulisan ini seorang diri tidak ada unsur untuk memeriahkan pergantian tahun. Itulah seorang diri dengan keanehanya.

Pada malam hari selepas pulang bekerja, seorang diri dengan bapak sedang duduk-duduk di ruang tamu. Disitu seorang diri dan bapak sedang mengobrol-ngobrol ngalor-ngidul, lalu setelah itu bapak menceritakan waktu semasa kecil bapak. Wah (sambil menatap ke langit-langit rumah) kenapa ya jaman-jaman dahulu itu sangat menyenangkan. Kenapa seorang diri merasa senang bila mana ngobrol memceritakan jaman-jaman dahulu, memang sih seorang diri senang dengan yang berbau klasik, apapun itu. Lalu bapak menceritakan saudara-saudaranya, ya tentang keseharian dan kebiasaan bapak dan saudaranya, tapi yang seorang diri mencermati cerita dari bapak sewaktu kecil pada saat bapak senang kluyuran. Hahaha, itu yang menepel jiwa bapak ke seorang diri "kluyuran". Kesamaan kepribadian seorang diri dengan bapak, ternyata selama ini bapak membiarkan seorang diri keluyuran tak kenal waktu, dari dulu semenjak seorang diri masih mangku pendidikan SMP. Ya mungkin bapak pernah merasakanya juga. Berlanjut pada saat pagi hari sesudah subuh, bapak menghampiri seorang diri yang sedang duduk-duduk di ruang tamu sembari ngerokok dan minum segelas kopi, sembari mengobrol bapak mewejang seorang diri tentang sebuah keikhlasan yang mana dialami seorang bapak. Bapak mewejang "orang ikhlas itu enak", setelah itu seorang diri bertanya kepada bapak bagaimana caranya ikhlas dengan ikhlas? Panjang lebar kami mengobrol terdapat point penting yang seorang diri harus ditanamkan dalam jiwa seorang diri. Bapak bersabda "wong nrimo kui penak nengndi papan mesti penak raono sing ngganjel ono ing ati (orang menerima itu enak dimanapun berada pasti tidak ada yang mengganjal dalam hati), seorang diri lalu membatin "ikhlasku belum seberapa" sebagai renungan seorang diri harus banyak belajar ikhlas. Jam menunjukan pukul 08.00 seorang diri lalu bergegas mandi untuk berangkat bekerja.

Seorang diri harus belajar sebagaimana yang diajarkan Bapak, untuk terus selalu ikhlas dalam keadaan apapun. Bagi seorang diri hidup adalah soal pencarian, sebuah tujuan yang jawabanya adalah pencarian itu sendiri. Dalam ajaran tasawuf Islam yang medefinisikan hidup jalan makrifat adalah tentang perjalanan, mencari sesuatu yang disebut kenyataan untuk menggapai makna kemanusiaan yang menyatu dengan Tuhan (Manunggaling kawulo Gusti). Memang banyak cara untuk menuju Tuhan, salah satunya adalah Manunggaling Kawulo Gusti. Mungkin bagi Seorang diri ikhlas adalah salah satunya.

Komentar