Ada banyak alasan kenapa perlu mentadabur. Pertama, berdasarkan pengalaman pribadi di 2018 lalu, pribadi ini merasa kekosongan hati yg mengerikan. Bahkan memutuskan tidak menjalankan ibadah. Parahnya juga tidak mengimani apapun selain apa yg rasional.
Masa² kelam itu adalah peringatan dari penasaran yg berlebih, dan sumber rujukan yg terlalu ekstrim. Mempertanyakan Tuhan, mempertanyakan keadilanNya. Tidak mempercayai akherat wkwk. Aku rasa, terlalu berasional itu tidak cukup untuk memahami dunia seisinya.
Maka dalam beberapa hal, manusia harus berhenti untuk menggunakan logikanya, dan sesekali menggunakan hatinya untuk meyakini sesuatu. Foto tweet di atas dan di bawah ini adalah salah satu arsip dari story ig akan ketidaktahuanku dan kepayahanku dalam bertadabur pada masa² kelam.
Kedua, sebagaimana dalam surat Sad, ayat 38:
"Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat²nya & agar orang² yg berakal sehat mendapat pelajaran."
Kalimat "orang² berakal sehat" membuatku penasaran untuk berusaha memaknai hidup.
Ketiga, dalam As-Silsilah Ash-Shahihah no. 67 diriwayatkan:
Pada suatu hari, Bilal bin Rabah mendatangi Rasulullah untuk memberitahukan beliau bahwasanya ia akan mengumandangkan azan subuh, namun Bilal melihat Rasulullah sedang menangis.
Maka ia pun bertanya kepada beliau, "Wahai Rasulullah, Apa yg membuatmu menangis? Sungguh Allah telah mengampuni dosa²mu yang lalu dan yang akan datang." Beliau berkata, "wahai Bilal! Apa yang menghalangiku untuk menangis sedang telah turun kepadaku pada malam ini firman Allah,
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda² bagi orang-orang yang berakal,." Maka beliau membacanya hingga akhir surat lalu beliau berkata, "Sungguh celaka bagi orang yang membaca ayat-ayat ini namun tidak mentafakurinya."
Yg dimaksud ayat yg turun pada hadis tsb adalah Surat Ali Imran ayat 190, yg pada akhir ayat 190 ditekankan "bagi orang² berakal". Dan pada ayat terakhir (ayat 200) diawali "Wahai orang² yg beriman", yg mana berakal saja tidak cukup, perlu adanya iman untuk mentadaburi Al-Qur'an.
Namun di akhir hadis Rasulullah juga menekankan, "Sungguh celaka bagi orang yg membaca ayat² ini namun tidak mentafakurinya", yg artinya iman saja tidak cukup, bahkan akan celaka jika tidak menggunakan akal. Maka sesungguhnya untuk memahami isi dunia, perlu iman dan akal.
Itu adalah 3 alasan utama bertadabur, untuk menyeimbangkan rasional dan perasaan.
Pesan terakhir:
Sudah sepatutnya seorang hamba memikirkan sebuah ilmu yang sampai padanya, karena seseorang akan memusuhi sesuatu yang ia tidak tahu dan terkadang ia berpaling dari kebaikan yang Allah sampaikan ia kepadanya tanpa ia tahu. (Al Muddatstsir Ayat 49-51).
Walaupun iman ini dalam keadaan stabil. Sebagai manusia biasa yg tidak mampu memandang masa depan akan seperti apa aku nanti (dalam hal keimanan), tadabur ini adalah upaya untuk menjaga diri agar tidak jatuh lagi dalam kekelaman sebagaimana yg pernah terjadi pada masa lampau.
Juga seperti kata Nietzsche,
“Kehidupan ini begitu luas, telah begitu sering diartikan. Tapi selalu muncul kemungkinan baru dalam memberi makna pada hidup. Herannya, para penafsir hidup selalu berusaha mencapai finalitas, titik akhir di mana seharusnya tdk ada lagi kelanjutan penafsiran, tp selalu saja titik akhir itu terbukti bukan ‘akhir’ melainkan Cuma ‘batas’.” Thus Spoke Zarathustra, 11.
Begitupula dengan iman, tidak ada finalitas. Iman akan terus berkembang sebagaimana kita menjalani hidup.
Dan perkembangan bisa naik maupun turun. Maka jangan berpuas diri, semoga kita dalam lindunganNya.
Demikian sabda Reza dalam upaya #onemonthonethread
Source: twitter.com