Kemarin ketika Ratu Inggris meninggal, gw pernah bilang, ada satu Ratu atau Permaisuri, yang menjadi idola gw. Namanya Shōda Michiko. Kita punya beberapa kesamaan. Kita lahir di tanggal yang sama. Kita menyukai olahraga. Kita berdua juga adalah anak kedua dari empat saudara. Kuliah kita juga sama, di tempat keagamaan. Beberapa pikiran kita juga sama. Banyak kesamaan diantara kami. Dan itu mengapa, membuat gw terkesan sama Permaisuri Michiko.
Fun fact, Michiko adalah Permaisuri pertama di Jepang yang berasal dari non-bangsawan. Michiko bukan berasal dari darah biru. Dia hanya anak biasa, yang kebetulan dicintai oleh Pangeran Akihito. Walaupun ga berdarah biru, bokap Michiko termasuk pengusaha besar yang terpandang di Jepang.
Bertemu dengan Pangeran Akihito ketika mereka bermain tenis. Akihito dan Michiko saling bermusuhan dan endingnya dimenangkan Michiko. Melihat Michiko yang menggemaskan memenangkan pertandingan itu, membuat Akihito terkesan dan tentu, Akihito jatuh cinta. Dia melamar Michiko.
Kisah cinta Michiko dan Akihito membuat media Jepang heboh, karena dalam sepanjang sejarah ini pertama kalinya, seorang berdarah biru mempersunting wanita dari rakyat biasa. Media Jepang menyebut kisah Michiko dan Akihito "fairy tale", "romance of the tennis court". Michiko adalah impian dari semua wanita Jepang.
Kisah romantis dengan Akihito, membuat kesempatan rakyat biasa menjadi bagian dari Kekaisaran meningkat. Michiko adalah pencetusnya. Akan tetapi, kehidupan di dalam Kekaisaran tidak semudah yang dibayangkan. Michiko tidak begitu dekat dengan ibu mertuanya.
Tekanan-tekanan yang diberikan mengguncang psikologinya. Sehingga kesehatannya menurun. Pernah dia menggugurkan kandungannya karena demi kesehatannya. Pernah dia tidak bisa berbicara selama hampir satu tahun karena tekanan dalam Kekaisaran. Pernah dia mengalami pendarahan usus. Dan banyak hal buruk yang dialaminya di dalam Kekaisaran.
Di balik pernak-perniknya Kekaisaran. Kemewah-mewahannya. Ada hal yang harus dikorbankan. Kebahagiaan. Esensi hidup yang dicari oleh semua orang. Untuk kali ini, gw ga ingin sama dengan Michiko. Michiko adalah peringatan bagi gw. Bagaimana gw harus memilih hidup. Penuh dengan tekanan atau penuh kebahagiaan. Atau malah seperti kata Zarathustra:
“Pernah engkau memiliki derita dan menyebutnya buruk. Tapi sekarang engkau hanya memiliki kebajikan semata, yang telah tumbuh dari deritamu itu. Jika engkau menaburkan harapanmu yang tertinggi ke sisi yang paling dalam dari sukacitamu, barulah derita itu tumbuh menjadi kebajikan dan kesenangan bagimu.”
Di usia gw yang ke-24, gw belum menemukan kebahagiaan yang dimaksud. Mungkin posisi gw sekarang sedang mengalami derita yang gw panggil buruk. Masih dalam proses menumbuhkan kebajikan yang ada pada diri gw. 3 atau 7 tahun ke depan mungkin gw bisa menuai kebajikan itu dan menjadikannya kebahagiaan. Tulisan ini adalah penunjuk bagi gw.
Source: twitter.com