-->

Catatan Bacaan: Humanisme Sosiologi - Peter L. Berger

Tidak ada komentar

Catatan Bacaan: Humanisme Sosiologi - Peter L. Berger

Humanisme Sosiologi karya Peter L. Berger adalah bacaan yang menarik, yang membuat kita paham akan perbedaan beberapa cabang ilmu, terutama mengenai sosiologi. Pokok bahasan di dalam buku ini mengenai manfaat dari sosiologi, mengupas lebih dalam sosiologi, sosiolog, dan lain-lain. Karya ini penulis temukan pada lemari buku yang usang yang dimiliki oleh ayah penulis. Banyak sekali berbagai macam jenis buku, namun untuk akhir-akhir ini penulis merasa buku ini memiliki bahasan yang sangat penting untuk dipahami, terutama di masa modern ini. Memahami masyarakat adalah salah satu keuntungan untuk mengkalkulasikan sebuah keputusan yang bijaksana. Postingan ini tidak berisi mengenai rangkuman, melainkan catatan yang menurut penulis sangat penting untuk dimasukan ke dalam database penulis.

Humanisme Sosiologi

Oleh Peter L. Berger

Judul asli Invitation to Sociology, A Humanistic Perspective

Diterjemahkan oleh Daniel Dhakidae

Penerbit Inti Sarana Aksara

Jakarta, 1985

Cetakan Pertama

Kata Pendahuluan

Masyarakat terdidik? Hal. 1. Masyarakat terdidik adalah masyarakat yang mampu menyelesaikan segala masalah kehidupan, sehingga dapat memacu perkembangan peradaban. Ilmu pengetahuan yang dipelajari tidak hanya sebagai hapalan yang hanya sebagai syarat sebuah kelulusan seorang sarjana. Melainkan lebih dari itu, yakni mampu mengembangkan dan menciptakan pengetahuan baru. Jika kondisi ideal itu mampu dicapai, maka pendidikan akan memiliki peranan yang cukup dahsyat dalam pembangunan (ogb-community).

Kepuasan narsistik, melihat gambaran di mana kita sendiri terlibat. Semua orang menikmati jenis kepuasaan ini. Hartford Connecticut. Hal. 1.

Semua pandangan dunia adalah hasil konspirasi. Hartford Connecticut. Hal. 3.

Bab Satu

Sosiologi Sebagai Pengisi Waktu Senggang

Kebijakan kudus dan profan. Hal. 6. Menurut KBBI Edisi Keempat menyatakan bahwa kudus adalah sesuatu yang murni, suci. Sedangkan profan adalah hal yang tidak bersinggungan dengan agama atau tujuan keagamaan, kotor, tidak suci, dan duniawi (ahmadyanifathurrohman). Keberadaan kudus itu samar namun ada dan dominan. Keberadaannya merupakan awal dan akhir. Misalnya seperti meja-kayu-pohon-tanah-alam, atau seperti kereta-besi-biji besi-unsur mineral bumi-alam, atau seperti manusia-leluhur-tanah-alam. Semuanya muncul dan berakhir di alam. Pertimbangan inilah yang mendasari mengapa causa prima (Tuhan) itu harus ada. Kudus (Tuhan), profan (manusia).

Pathos. Hal. 6. Pathos adalah salah satu dari tiga istilah yang diajarkan oleh Aristoteles (Ethos, Logos, Pathos). Pathos mengandung arti segala hal yang dimaknai dengan membangun hubungan emosional atau sesuatu yang berhubungan dengan emosi manusia. Para calon pemimpin menggunakan cara ini untuk menarik simpati karena merasa senasib sepenanggungan dan emosi masyarakat dibuat sedemikian rupa, agar loyal, dan menjadi pengikut yang militan. Misalnya dengan memanfaatkan kedekatan etnis, agama, budaya, maupun kesamaan ideologi. Apabila pathos diterapkan tanpa disertai ethos dan logos, maka dapat menimbulkan fanatisme yang berlebihan yang dapat membentuk demokrasi yang tidak dewasa kemudian menyebabkan permasalahan sosial yang akan berakhir dengan melahirkan pemimpin yang transaksional dan otoriter (kolom.tempo.co).

Tahbisan. Hal. 6. Tahbisan berdasarkan KBBI jika dilihat dari perspektif nomina (kata benda) adalah upacara menahbiskan. Atau dalam arti yang lain mengandung arti upacara penobatan (kbbi.lektur.id).

Engineering of consent? Hal. 7.

Sofistifikasi. Hal. 8.

Karya social di Amerika jauh lebih dipengaruhi psikologi daripada sosiologi di dalam pengembangan teorinya. Hal. 9.

Psikologi psikoanalitik. Hal. 9.

Freudianisme. Hal. 9.

Diktafone. Hal. 10.

Apapun rasionalitas teoritisnya, karya social adalah suatu praktek tertentu dalam masyarakat. Faktanya, sosilogi adalah suatu upaya untuk memahami. Hal. 10.

Sosiologi bersifat “bebas-nilai”, Karl Marx. Hal. 11.

Seorang ahli sosiologi hanya ada satu nilai fundamental, integritas ilmiah. Hal. 11. Ia harus memperhitungkan keyakinan-keyakinannya, emosi dan praduga-praduganya. Merupakan bagian dari latihan intelektuanya bahwa dia mencoba memahami dan mengendalikan kemencengan yang harus dihapuskan sejauh mungkin dari karyanya. Hal. 11. Dia mencoba melihat terlepas dari harapan-harapan atau ketakutan tentang apa yang bakal ditemukannya. Hal. 11.\

.

.

Komentar