-->

Cara Bertetangga (Beginilah Seharusnya Bertetangga) - Buletin Dakwah Islam Al Furqon

Tidak ada komentar

Cara bertetangga.
Cara bertetangga.
Manusia adalah makhluk sosial. Terlepas dari itu manusia tidak akan bisa apa-apa dalam memenuhi kebutuhannya jika tidak ada orang lain di sekitarnya. Untuk itulah ada beberapa tata cara atau bisa dikatakan sebuah adab untuk kita dalam menjaga silaturahmi dan menjaga komunikasi agar kita tidak melakukan sesuatu yang buruk, terutama melanggar hak orang lain. Orang yang paling dekat setelah keluarga ialah tetangga. Ketika penulis mengambil sebuah lembaran dari atas kotak infaq, penulis merasa ini adalah hal penting kita sebagai muslim untuk bersosial. Karena menurut penulis masih ada beberapa Muslim yang tak begitu pandai dalam bersosial, termasuk penulis di dalamnya hehe. Jadi berikut adalah isi dari lembaran tersebut.
.

Perintah untuk berbuat baik kepada tetangga

Sebagaimana dalam firman Allah swt dan sabda Rasulullah saw sebagai berikut:
  • Surat an-Nisa (4) ayat 36 yang berbunyi:

واعبدوا الله ولا تشركوا به شيئا وبالوالدين إحسانا وبذي القربى واليتامى والمساكين والجار ذي القربى والجار الجنب والصاحب بالجنب

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat..."
"Senantiasa Malaikat Jibril berwasiat kepadaku perihal tetangga, sampai aku mengira bahwa tetangga akan saling mewarisi." {HR al-Bukhari (6015), Muslim (2625)}
.

Adab-adab bertetangga

Adapun adab-adab bertetangga ialah sebagai berikut:
  • Memilih tetangga yang baik
Sebelum kita memiliki rumah, setidaknya kita mencari dengan saksama lingkungan rumah yang akan kita huni. Jangan hanya memandang bahwa rumah sekeliling itu baik, bersih dan bagus. Pandangi juga sikap penghuninya juga. Selain itu tetangga ini nanti akan mengetahui kegiatan kita setiap hari, dari kita berangkat kerja, kegiatan kita dirumah, ketika hari libur, rahasia-rahasia kita, dan lain sebagainya. Seorang tetangga yang baik tidak akan membicarakan kita, apalagi membicarakan rahasia-rahasia kita. Namun jika tetangga kita ternyata jelek, susahlah kehidupan kita karena bersama dengan orang-orang yang tidak menyenangkan dan tidak nyaman.
.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
"Ada empat perkara yang membuat bahagia: wanita salehah, rumah yang luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang bagus. Dan ada empat hal yang membuat sengsara: perempuan yang jelek (buruk/tidak baik), tetangga yang jelek (buruk/tidak baik), kendaraan yang jelek, dan rumah yang sempit." 
Maka dari itu, untuk kenyamanan kita, kita harus seleksi dalam memilih rumah dan juga tetangga yang baik.
.
  • Mencintai tetangganya sebagaimana kita mencintai kebaikan untuk kita sendiri
Mengutamakan hak tetangga lebih indah, apalagi tetangga kita adalah muslim yang soleh solehah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
"Demi jiwaku yang berada dalam genggaman tangan-Nya, seorang hamba itu tidak sempurna imannya sampai dia itu mencintai untuk tetangganya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya." {HR Muslim (45)}
.
  • Tidak menyakiti tetangga
Sebagaimana Rasulullah saw bersabda:
"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir janganlah dia menyakiti tetangganya." {HR al-Bukhari (6018)}
Artinya kita dilarang menyakiti tetangga baik dengan perkataan, perbuatan, tulisan, maupun sesuatu yang lain. Bahkan kita juga dilarang menganggu tetangga walaupun hanya isyarat. Karena gangguan itu haram dalam semua keadaan.
.
  • Senantiasa berbuat baik kepada tetangga
Sebagaimana Rasulullah saw bersabda:
"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berbuat baik kepada tetangganya. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia memuliakan tetangganya. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berbicara yang baik atau diam." {HR Muslim (48)}
Maka dari itu kita wajib berbuat baik kepada tetangga kita sebagaimana pada sunnah.
.
  • Menanggung gangguan tetangga dan bersabar atasnya
Kata judul diatas memang terdengar sulit dan menyebalkan bagi kita yang harus rela waktu santainya terganggu karena tetangga kita. Namun Islam mengajarkan kita untuk bersabar atasnya. Ketika tetangga kita melakukan keributan misalnya, akan lebih baik kita memaafkan, mendoakan kebaikan baginya agar Allah memberi hidayah.
.
  • Menolong dengan memberi makan kepadanya
Terlebih lagi jika tetangga kita fakir dan miskin. Rasulullah bahkan melarang perut kita dalam keadaan kenyang apabila tetangga kita masih kelaparan dengan tulang yang nampak dari luar, sebagaimana dalam hadits:
"Bukanlah seorang mukmin yang dirinya dalam keadaan kenyang sedangkan tetangga dekatnya dalam keadaan lapar." Dan hadits berikut, "Wahai Abu Dzar! Jika engkau memasak sayur hendaklah perbanyak kuahnya, lalu berilah pada tetanggamu." {HR Muslim (2625)}.
Pemberian makanan dari tetangga adalah bukti cinta dan kasih sayangnya terhadap kita. Maka kita tidak pantas menolak walaupun itu hanya separuh buah mangga. Bukankah Rasulullah saw bersabda:
"Wahai wanita Muslimah! Janganlah kalian meremehkan pemberian tetangga kalian, walau hanya bisa memberi dengan kikil (atau tulang yang sedikit dagingnya...)..." {HR al-Bukhari (2566), Muslim (1030)}
Sungguh jika kita atau anak kita membawa keluar makanan mewah dan menampakkannya kepada tetangga kita yang fakir dan miskin, sungguh ini merupakan perbuatan buruk dan menyelisihi perintah Rasulullah saw.
.
  • Memuliakan tetangga dan tidak mengkhianatinya
Wajib bagi kita untuk memuliakan tetangga, menjaga rahasianya, tidak mengoyak kehormatannya, dan tidak berbuat jahat (zina) dengan istri tetangga. Karena hal itu merupakan seburuk-buruknya dosa, sebagaimana Rasulullah saw ketika ditanyai:
"Dosa apa yang paling besar?" Beliau menjawab, "Engkau jadikan bagi Allah tandingan padahal Allah telah menciptakanmu." Lalu ditanyakan lagi kepada beliau, "Kemudian apa lagi?" Belia menjawab, "Engkau bunuh anakmu karena kamu takut dia ikut makan denganmu." Lalu ditanyakan lagi, "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab, "Jika kamu menzinai istri tetanggamu." {HR al-Bukhari (2463), Muslim (1609)}
Bahkan Rasulullah menganggap orang yang tidak memberikan rasa aman tetangganya adalah seorang yang tidak beriman, sebagaimana Beliau bersabda:
"Demi Allah, dia tidak beriman! (Beliau mengulanginya sampai tiga kali). (Orang) yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya." {HR al-Bukhari (6016)}
Maka dari itu marilah kita menjaga jiwanya, hartanya, dan kehormatannya hingga tetangga kita merasa aman dengan kita, dan nyaman bersama kita.
.
  • Menasehatinya dan mengajak kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran
Inilah bagian tersulit kita, apalagi di zaman yang sebar bisa ini membuat manusia menjadi lupa bahwa dirinya adalah manusia yang diciptakan Allah untuk berbuat pada kebaikan dan menjauh dari kemungkaran. Sesungguhnya ini juga berat bagi penulis, terkadang disaat kita berusaha memberitahukan, kita justru dianggap sok-sokan dan segala macam. Untuk itu janganlah berhenti dan menyerah hanya karena seruan setan. Lebih baik kita dengarkan seruan Allah dan para pengikutnya untuk mengajak orang lain, terutama tetangga kita, untuk melakukan kebaikan dan melarang kemungkaran.
.
Sebagaimana Rasulullah bersabda:
"Barang siapa melihat kemungkaran hendaklah dia mengubahnya dengan tangan(kekuasaan)nya, jika tidak bisa maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak bisa maka ubahlah dengan hatinya, dan hal itu adalah selemah-lemahnya iman." {HR al-Bukhari (956), Muslim (49)}
Begitu pula Allah menyifatkan orang-orang yang beruntung (tidak rugi) adalah mereka yang beriman, beramal saleh, dan saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran (lihat surat al-'Ashr).
.

Kesimpulan

Untuk itu kita sebagai manusia yang sudah jelas akan membutuhkan jasa orang lain, membutuhkan keberadaan orang lain, haruslah kita berhati-hati dalam bersikap, bertindak, dan bahkan memilih tempat yang akan kita huni untuk membangun sebuah keluarga yang diimpikan. Berbuatlah baik kepada mereka, dan jangan aniaya mereka. Bukan justru menjauhinya. Karena kita manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa diberikan akal.
.
Daftar Pustaka:
  • Buletin Dakwah Islam (Al Furqon) - Tahun ke-12 Volume 2 No. 3
  • Gambar Cover

Komentar