-->

Quotes Buku: My Story (Kisah Saya) - Steven Gerrard

Tidak ada komentar

https://twitter.com/hashtag/kisahsayastevengerrard

Mau belajar lewat apapun bisa, tetapi buku akan selalu menjadi sumber yang terpercaya. Pengorbanannya banyak, tinta membekas disebuah kertas, dan kertas terbuat dari serpihan kayu. Pohon inilah yang membuat buku menjadi lebih elegan daripada media-media lainnya.

1. My Story: Steven Gerrard (hlm. 3)

“Terang dan gelap, juga kebahagiaan dan kesengsaraan, adalah dua hal yang akrab. Keduanya hadir bersama, berdiri sendiri-sendiri tapi tak terpisahkan.”

2. My Story: Steven Gerrard (hlm. 4)

‘You’ll Never Walk Alone’. Lagu wajib Liverpool yang mengingatkan kita untuk mengangkat kepala tinggi-tinggi saat berjalan melewati badai. Mengingatkan kita untuk tidak takut akan gelap. Mengingatkan kita untuk terus berjalan menerjang angin dan hujan, meskipun impian kita telah terhempas dan terbuang, dan untuk terus melangkah dengan harapan di hati kita.”

3. My Story: Steven Gerrard (hlm. 17)

“Seandainya saya bisa mengulang satu periode sepanjang karier saya, saya akan memilih untuk kembali di masa saat saya berusia 16 tahun. Masa-masa disaat saya di Melwood. Mengepel lantai, mencuci sepatu, memompa bola, bermain bola, bola, dan bola. Disana saya bebas. Tidak mengenal transfer, tidak ditekan tanggung jawab, dan begitu menggilainya sepak bola.”

4. My Story: Steven Gerrard (hlm. 19)

“Seharusnya pelatihan akademi dengan tim utama tidak dipisahkan, seperti masa saya dulu, sehingga mereka bisa melihat dari dekat pelatihan Jordan Henderson dan Philippe Coutinho setiap hari. Sedikit sentuhan dan dedikasi, serta sihir, dapat menular dan membawa pengaruh untuk anak-anak akademi. Saya juga sangat menyayangkan keadaan anak-anak akademi sekarang yang cenderung dimanjakan, tidak sebagaimana masa saya. Mengepel lantai, mencuci sepatu, memompa bola, dan lain sebagainya. Anak-anak jaman sekarang tidak merasakan itu. Mereka tidak menikmati betapa menyenangkannya melakukan itu.”

5. My Story: Steven Gerrard (hlm. 24)

“Dunia sepak bola profesional terkadang bisa menjadi ladang bisnis yang kejam.”

6. My Story: Steven Gerrard (hlm. 26)

“Loyalitas saya kepada Liverpool, dan keinginan saya untuk mempertahankan Luis sebagai rekan satu tim, akan selalu jadi yang utama. Namun, saya harus menerima bahwa, secara moral dan hukum, tidak benar jika kami menolak menjual Luis Suarez.”

7. My Story: Steven Gerrard (hlm. 29-30)

“Saya punya kebiasaan saat mendekati pemain bintang yang hendak kami kontrak, yakni dengan mengirimkan pesan. Cara tersebut lebih sopan dan memberi kesempatan bagi si bintang untuk membaca pesan saya di waktu yang paling nyaman baginya. Sebuah panggilan telepon yang dingin rasanya keliru untuk dilakukan.”

8. My Story: Steven Gerrard (hlm. 43)

“Alasan mengapa saya tak pernah memenangkan paling tidak satu gelar juara Inggris bersama Liverpool adalah Roman Abrahamovich di Chelsea dan Sheikh Mansour di Manchester City. Pihak asing berpengaruh begitu besar di Liga Premier selama belasan tahun terakhir.”

9. My Story: Steven Gerrard (hlm. 54)

“Bek cadangan jarang turun tanding, dan hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan diri sebagai pemain.”

10. My Story: Steven Gerrard (hlm. 55-56)

“Paolo Maldini adalah salah satu bek terbaik yang pernah ada. Menghabiskan 25 tahun karier profesionalnya di AC Milan, namun dihina dan dipermalukan oleh suporternya sendiri di akhir kariernya. Gary Neville juga seorang pemain besar. Gary adalah bek yang kemampuannya sulit dipercaya. Namun saya pikir dia memaksakan diri enam bulan terlalu lama. Saya bahagia Carra tidak berakhir demikan. Carra memilih waktu pensiun dengan sangat tepat.”

11. My Story: Steven Gerrard (hlm. 76-77)

‘Tantangan terbesar saya adalah menjatuhkan Liverpool dari tempat bertenggernya. Dan silahkan catat kata-kata saya barusan.’ Ucap Sir Alex Ferguson. Pernyataan itulah yang menjadikan sumbu Liverpool mulai tidak menyukai Manchester, baik sebagai klub maupun kota. Setiap anak di Liverpool, dari keluarga pecinta Liverpool, diajarkan untuk membenci Manchester United. Hal itu ditanamkan di otak mereka, hari mereka, dan dikobarkan dalam jiwa mereka sebagai fans Liverpool. Banyak kostum di rumah saya yang selalu saya dapat ketika bertukar setelah pertandingan, tetapi tidak ada satupun baju yang berasal dari punggawa Manchester United. Meski begitu, saya tetap menghormati dan mengagumi pemain-pemain terbaik mereka dan rekan-rekan satu tim saya di tim nasional Inggris. Hal yang sama juga terjadi pada Gary, di Manchester ia dibesarkan untuk membenci Liverpool.”

12. My Story: Steven Gerrard (hlm. 78)

‘Jika kalian juara satu, kalian nomor satu. Jika kalian nomor dua, kalian bukan siapa-siapa.’ Bill Shankly.”

Komentar