Pernahkah kamu memperhatikan bahwa sebagian orang benar-benar antusias saat ulang tahun—pesta besar, balon, ucapan tak henti di media sosial—sementara yang lain sama sekali tidak peduli? Tidak ada kue, tidak ada pesta, bahkan tidak ada makan malam spesial. Hanya 24 jam seperti biasa.
Pertanyaannya, kenapa? Mengapa ada orang yang memperlakukan ulang tahunnya seperti hari biasa? Apakah karena kesedihan, tanda kedewasaan, atau ada sesuatu yang lebih dalam di balik psikologinya?
Mari kita bahas sampai akhir, karena yang akan kamu temukan bisa jadi menjelaskan sikapmu sendiri terhadap ulang tahun.
1. Mereka yang Pernah Kecewa
Untuk sebagian orang, alasannya sederhana tapi menyakitkan: mereka tidak merayakan ulang tahun karena tidak pernah merasa dirayakan. Bayangkan kamu kecil dulu—tidak ada yang benar-benar mengingat ulang tahunmu. Teman lupa, keluarga sibuk, bahkan mungkin kamu pernah merencanakan sesuatu, tapi hampir tidak ada yang datang.
Lama-kelamaan, otak beradaptasi. Psikolog menyebutnya learned helplessness—rasa tidak berdaya yang muncul karena kekecewaan berulang, hingga kamu berhenti berharap pada hal-hal baik. Akhirnya, ulang tahun menjadi hari biasa. Bukan karena kamu tidak peduli, tapi karena peduli terlalu menyakitkan.
2. Mereka yang Terlalu Sibuk
Kelompok kedua adalah mereka yang terjebak dalam kesibukan hidup: pekerjaan, kuliah, tanggung jawab keluarga. Hari ulang tahun datang dan sebelum sempat disadari, hari itu sudah setengah berlalu. Bukan karena mereka lupa, tapi karena kehidupan modern menimbulkan “time blindness”—keadaan ketika otak terlalu sibuk hingga hari-hari spesial kehilangan maknanya. Bagi mereka, ulang tahun bukan diabaikan, hanya tergeser oleh prioritas lain.
3. Mereka yang Sudah Tumbuh Mandiri Secara Emosional
Lalu ada kelompok ketiga: mereka tahu itu hari ulang tahun mereka, tapi tidak merasa perlu merayakannya. Bukan karena kesepian, bukan pula karena sibuk, tapi karena mereka telah mencapai kemandirian emosional.
Riset psikologi menunjukkan bahwa orang yang menggantungkan rasa berharganya pada validasi eksternal—seperti pesta, hadiah, atau perhatian publik—cenderung lebih tidak stabil secara emosional. Sebaliknya, mereka yang menemukan nilai dirinya dari dalam, tidak butuh tanggal di kalender untuk merasa dicintai atau hidup.
Konsep ini berkaitan dengan Self-Determination Theory, teori yang menyebut bahwa kesejahteraan sejati datang dari otonomi, kompetensi, dan kepuasan batin. Bagi mereka, kedewasaan berarti menyadari: “Aku tidak butuh kue dan lilin untuk membuktikan bahwa aku berharga. Aku sudah tahu itu.”
4. Lebih dari Sekadar Ulang Tahun
Yang menarik, sikap ini tak hanya berlaku untuk ulang tahun. Orang-orang yang memperlakukan ulang tahun seperti hari biasa sering kali membawa pola pikir yang sama ke seluruh aspek hidup. Mereka tidak haus perhatian, tidak perlu sorotan, dan cukup puas dalam keheningan. Apakah itu berarti mereka tidak pernah kesepian? Tentu tidak. Mereka tetap manusia. Namun mereka telah belajar untuk melihat setiap hari sebagai hari spesial, bukan hanya menunggu satu kali setahun untuk merasa hidup.
Jadi, Kamu Termasuk yang Mana? Apakah kamu butuh perayaan untuk merasa berarti, atau kamu sudah menemukan perayaan itu di dalam dirimu sendiri?
*Artikel ini bersumber dari: Revers Hub - youtube.com, yang diunggah tanggal 30 September 2025 dan penyusun akses tanggal 8 November 2025.
