-->

Filsafat Ilmu - Pendekatan Positivistik & Non-Positivistik by Ermi Suhasti Syafe'i

Tidak ada komentar

Pendekatan

  1. Positivistik adalah non spekulatif yaitu: empiris, induksi, aposteriori.
  2. Non Positivistik adalah spekulatif yaitu: deduksi, apriori.
  3. Pragmatik adalah abduksi yaitu: hipotesis atau interpretasi.
  4. Reflective Thinking yaitu secara umum dikenal sebagai “pendekatan ilmiah”, berupa: induksi, deduksi, abduksi.
#keterangan
  • Apriori (sebelum): adalah pembenaran dari pengalaman atau terlepas dari pengalaman. Kebenaran diungkapkan tanpa melakukan penelitian atau observasi (sudah diyakini kebenarannya). Misalnya: "Semua bujangan belum menikah". Anda dapat menyatakan itu benar tanpa repot-repot melakukan ilmu apapun.
  • Aposteriori (sesudah): adalah pembenaran yang tergantung pada pengalaman atau bukti empiris. Misalnya: "Beberapa bujangan yang saya temui sangat senang". Nah kata "senang" disini berbeda-beda kadarnya bagi orang lain. Apa yang menyebabkan ia bahagia, seberapa besarnya bahagia itu, itu semua tiap orang berbeda-beda. Maka dari itu diperlukan observasi maupun penelitian agar memiliki kekuatan kebenaran. Lengkapnya tentang apriori dan aposteriori bisa dibaca di www.pengertianmenurutparaahli.com.
  • Induksi: dari khusus menjadi umum. Proses penalaran atau penarikan kesimpulan dimana benar-tidaknya tesis (pernyataan atau proses) ditentukan oleh pengalaman. Misalnya: "Setelah mengamati seribu gagak berbulu hitam" maka dapat ditarik kesimpulan "semua gagak berwarna hitam."
  • Deduksi: dari umum menjadi khusus. Metode deduksi ialah membuktikan suatu kebenaran baru yang berasal dari kebenaran-kebenaran yang sudah ada dan diketahui sebelumnya (berkesinambungan).
  • Abduksi: sebuah pembuktian melalui silogisme (pengambilan kesimpulan dari dua macam keputusan yang mengandung unsur sama dan salah satunya harus universal, singkatnya silogisme merupakan pola berpikir yang disusun dari dua pernyataan dan satu kesimpulan: ketikakuberkata.blogspot.co.id). Lengkapnya tentang induksi, deduksi dan abduksi bisa dibaca di anshorylubis.blogspot.co.id.
  • Hipotesis: ialah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya (id.wikipedia.org).
  • Empiris: ialah suatu sumber pengetahuan yang diperoleh dari observasi atau percobaan (id.wikipedia.org).
Filsafat Ilmu - Pendekatan Positivistik & Non-Positivistik by Ermi Suhasti Syafe'i

1. Pendekatan Positivistik (ilmiah non spekulatif)

  1. Pendekatan empiris dengan obyek yang dapat diverifikasi: observable, repeatable, measurable, testable, predicable.
  2. Penalaran induksi berdasarkan: eksperimen, observasi dan komparasi yakni aposteriori (kesimpulan ditarik dari pengalaman).
  3. Kelemahan induksi: observasi dengan sample secukupnya atau representatif dari seluruh populasi.
Misalnya: observasi mahasiswa Syariah & Hukum yang diambil sebagian, jika populasi tidak homogen, jumlah sample yang dibutuhkan semakin besar. Semakin banyak mahasiswa yang diteliti semakin besar reliabilitas hasil penelitian.
Siklus Empirik (sifat kealaman)
  1. Observasi, misalnya: bencana SG di wilayah Ciputat, Tangerang, dan Banten pada hari Jum’at, 27 Mei 2009 pukul: 04.30). Lebar tanggul yang jebol sekitar 65 m hingga menyebabkan 82 orang meninggal dunia, 103 orang hilang, 179 orang luka-luka, dan 250 rumah rusak.
  2. Hipotesa: apakah SG termasuk bencana alam atau tidak?
  3. Eksperimen: menguji (hipotesa), apakah jawabannya iya atau tidak. "Bencana alam, tidak dapat dicegah atau diramal, dan korban akan lebih banyak".
  4. Hasil (eksperimen) dibandingkan dengan hasil (observasi) menghasilkan: (1) Fakta, bencana SG dapat dicegah atau diramal yaitu dengan memelihara SG (mengeruk dasar SG; merenovasi tanggul yang dibuat pada tahun 1933); (2) Fakta, korban SG adalah yang bertempat tinggal di sekitar tanggul yang jebol dan di aliran sungai. 
  5. Kesimpulan (hasil eksperimen dan observasi): Bencana SG bukan bencana alam, karena dapat dicegah atau diramal dengan menggunakan hukum atau teori atau konsep atau rumus atau dalil.
Linier (sifat kejiwaan atau kerohanian mengarah ke tingkah laku dalam bidang politik, ekonomi sosial dan budaya, dan keagamaan)
  1. Pengumpulan data atau bahan atau observasi. Mahasiswa, TNI, Polisi & relawan yang saling membantu; turis dadakan; SG (jebol & sampah).
  2. Mengelompokkan. Kelompok turis yang membandingkan reality show di TV dengan fakta, foto, pedagang; kelompok relawan.
  3. Eksperimen. Turis ingin merasakan sensasi saudara-saudaranya yang sedang susah, kengerian kiamat di SG. Sedangkan Bangsa Indonesia terbiasa sebagai penonton atau komentator. Penyebabnya adalah tumbuhnya tradisi TV & birokrasi yang buruk, sehingga sulit membedakan rasa malu, penyesalan, rendah hati, sombong, susah & gembira.
  4. Kesimpulan Mayoritas bangsa mulai kehilangan anatomi nilai atau mental atau moral yang positif. Ibnu Qayyim (w.1350) berkata: menganjurkan seorang Muslim memelihara rasa malu pada dirinya, rasa malu akan membimbing seseorang untuk tidak melanggar aturan.
Maksudnya disini adalah bangsa kita terlambat. Mereka akan beraksi jika musibah sudah datang, bukan tindakan preventif melainkan represif. Kita yang seharunya tidak membuang sampah sembarangan, lebih memperhatikan lingkungan, pasti akan selamat dari bencana tersebut.
Filsafat Ilmu - Pendekatan Positivistik & Non-Positivistik by Ermi Suhasti Syafe'i

2. Pendekatan Non-Positivistik (Ilmiah spekulatif)

  1. Pendekatan spekulatif, tanpa dipengaruhi pengamatan dan pengalaman, sehingga tidak dapat diukur atau diobservasi.
  2. Penalaran deduksi (dari umum ke khusus).
  3. Apriori: teori, rumus, konsep, dalil-dalil. Metode deduksi tidak cocok untuk menemukan kebenaran-kebenaran baru.
Apriori: sudah diyakini kebenarannya
  • a. Silogisme:
(1.1) Logam dipanaskan mengembang
(1.2) Besi adalah logam
(1.3) Besi dipanaskan mengembang
  • b. Math:
Waktu = Jarak atau Kecepatan.
  • Persoalan metafisis (yang “ada” abstrak):
1) Makna berupa: adil, demokrasi, dan lain-lain.
2) Simbol berupa: <, >, Σ, ±, ≠, dan lain-lain.
3) Substansi berupa: Tuhan, akhirat, surga, neraka ada, pasti benar.
Metode deduksi mempunyai kelemahan, yakni: menyandarkan pada kata-kata, padahal kata-kata atau makna dapat berbeda-beda antara orang atau waktu. Misalnya:
  • semua unggas berkaki dua.
  • Unggas adalah binatang.
  • Binatang berkaki dua merupakan kesimpulan yang salah.
  • Semua unggas berkaki dua.
  • Burung adalah unggas.
  • Burung berkaki dua merupakan kesimpulan yang benar.
Filsafat Ilmu - Pendekatan Positivistik & Non-Positivistik by Ermi Suhasti Syafe'i

3. Pendekatan Pragmatik (abduksi)

  1. Menekankan hipotesis atau interpretasi.
  2. Pengujian di lapangan menggunakan rumus atau konsep atau dalil atau gagasan atau norma menghasilkan hasil induktif dan deduktif.
  3. Abduksi ditarik dari pengalaman, maka bersifat aposteriori.
  4. Abduksi digunakan untuk menganalisis data sehingga diketahui apakah makna “demokrasi” sesuai dengan konteks.
  5. Abduksi adalah sebuah bentuk pembuktian yang berdasarkan silogisme. Sifat pembuktian abduksi lebih lemah dari pada induksi dan deduksi, karena silogisme bertolak dari: (a) sebuah kasus partikular menuju sebuah hipotesis. (b) fakta yang menimbulkan tanda tanya diamati. (c) jika hipotesis benar, fakta atau kesimpulan dianggap sesuatu yang biasa.
Contoh: Konsep maslahah ata Maqashid asy-Syari’ah
  • Hukum Islam bertujuan: maslahah atau kebaikan atau kesejahteraan umat manusia.
  • Hukum bertujuan: merealisasikan atau mendatangkan kemaslahatan dan menolak kemafsadatan.
Exchange Theory (G. Homan): orang terlibat dalam perilaku untuk memperoleh reward dan menghindari punishment. Manusia memilih diantara perilaku alternatif, dengan pilihan yang mencerminkan cost dan reward atau profit.
  • Gelar akademik: lebih tinggi income (pendapatannya) dan derajatnya.
  • Pekerjaan: kepuasan, mempertinggi harga diri, persahabatan.
Sikap mahasiswa terhadap ‘pacaran’
Hipotesa:
  1. Ada korelasi positif antara pacaran dengan tingkat keagamaan.
  2. Ada korelasi yang positif antara pacaran dengan lingkungan keluarga, sekolah dan teman.
  3. Ada korelasi yang positif antara pacaran dengan media.
Sikap mahasiswa terhadap ‘berpacaran’ 
  1. Data responden: jenis kelamin & masuk tahun (angkatan).
  2. Data keagamaan: melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya; sholat wajib & sunnah; puasa ramadhan & sunnah; berdoa atau dzikir; mengaji, anggota organisasi keagamaan; merasa tenang dalam hidup; dan lain sebagainya.
  3. Data tentang ‘pacaran’: apakah ‘pacaran’ itu penting; berapa lama; alasan pacaran: hiburan, status, sosialisasi, merencanakan pernikahan, memilih teman hidup; niat ‘pacaran sehat’; menyarankan teman ‘pacaran sehat’, dan lain sebagainya.
  4. Data lingkungan: keluarga atau sekolah dan teman: orang tua atau kakak ‘pacaran’ sebelum nikah; orang tua atau kakak atau saudara atau teman menyarankan berpacaran; teman banyak yang berpacaran, dan lain sebagaianya.
  5. Data media: TV, film atau video, bacaan, chat on line (HP, FB, Twitter, dan lain-lain), dan lain sebagainya.
Sikap mahasiswa terhadap ‘pacaran’ berdasarkan perbedaan angkatan & jenis kelamin
  • Tabel untuk browser lewat komputer atau laptop:

Sikap Mahasiswa Tahun Ke- I II II IV Jumlah
Jenis Kelamin P W P W P W P W
Baik 25 10 35 10 40 15 40 30 205
Biasa atau Mungkin 5 10 5 5 5 5 5 5 45
Tidak Baik 10 40 20 25 15 20 10 10 150
Jumlah 40 60 60 40 60 40 55 45 400
  • Tabel untuk browser lewat handphone:

Sikap Mahasiswa Tahun Ke- I II II IV Jumlah
Jenis Kelamin P W P W P W P W
Baik 25 10 35 10 40 15 40 30 205
Biasa atau Mungkin 5 10 5 5 5 5 5 5 45
Tidak Baik 10 40 20 25 15 20 10 10 150
Jumlah 40 60 60 40 60 40 55 45 400
Pendekatan psikologi
  • Teori hirarki kebutuhan Abraham Maslow (1908-1970): manusia mempunyai 5 kebutuhan, yakni: (1) fisik; (2) rasa aman; (3) cinta kasih; (4) harga diri; (5) aktualisasi diri.
Pendekatan Normatif
  • Surah Al Isra (32): "Janganlah kamu mendekati zina, zina adalah perbuatan yang keji dan suatu perbuatan yang buruk."
  • An Nur (30-31): "Katakanlah kepada mukmin laki-laki dan perempuan: hendaklah mereka menundukkan sebagian pandangan dan menjaga kemaluannya."
  • HR Bukhari: zina mata, zina telinga, zina tangan, zina kaki.
  • HR Thabarani dan Hakim: zina hati.
Solusi
  • Teori Maslow, jika kebutuhan neurotik seseorang berkembang, maka ia mempunyai sifat yang tidak sehat. Orang yang berpacaran, kemungkinan selalu memaksakan kehendak dan berasal dari keluarga broken home, sehingga tidak dapat (kesulitan) mengontrol hidupnya.
Ta’aruf
  1. Memilih pasangan dengan pendamping yang mahram atau perantarayang dapat dipercaya.
  2. Proses melalui musyawarah dengan orang tua.
  3. Shalat istikharah & Persiapan nafkah lahir batin.
  4. Mempelajari petunjuk agama tentang pernikahan.
  5. Menyelesaikan persyaratan administratif.
  6. Melakukan khitbah.
  7. Mempersiapkan walimah.
Filsafat Ilmu - Pendekatan Positivistik & Non-Positivistik by Ermi Suhasti Syafe'i

4. Reflective thinking (induksi, deduksi dan hipotesa)

  1. Problem, Petani menjumpai kebunnya berantakan.
  2. Induksi, observasi apa yang rusak (pagar, dahan), berpikir dan muncul dugaan .Hipotesa: (a) mungkin anak-anak mencuri buah. (b) mungkin ada angin puting beliung atau lesus.
  3. Deduksi, menguji hipotesis: jika anak-anak mencuri dan merusak, maka anak-anak harus berada di sini ketika petani pergi.
  4. Menguji deduksi (3): (3a) bertanya pada tetangga apakah anak-anak ada di kebun ketika ia pergi. Jawabannya ternyata anak-anak sedang bermain sepakbola di lapangan, tidak berada di kebun. Ia menolak hipotesis (3a).
  5. Menguji deduksi (3): (3b) jika penyebabnya lesus, maka kebun tetangga seharusnya juga rusak. Ia mengamati dan mendapat informasi bahwa baru saja telah terjadi lesus.
  6. Kesimpulan: hipotesis (3b) dapat diterima.

Komentar