-->

Islamisasi di Tatar Pasundan (Part 2 - Menyebar, Mempertahankan, Memperbarui)

Tidak ada komentar

Cover Buku: Sejarah Islam di Asia & Eropa
Cover: Sejarah Islam di Asia & Eropa.
Seorang warga Portugis yang bernama Tome Pires telah menyaksikan banyaknya orang-orang Islam kesana-kemari di Kota Sunda, terutama saudagar muslim. Waktu itu pada tahun 1513. Kota-kota tersebut adalah Banten, Pontang, Cikandi, Tangerang, Kelapa (sekarang Jakarta), Kerawang, dan Cimanuk (sekarang Indramayu). Bahkan kota Cimanuk (Indramayu) yang notabene bagian dari Keajaan Sunda, mayoritas penduduknya beragama Islam.
.
Setelah bertahun-tahun kemudian, tidak hanya kota Cimanuk saja yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Kota-kota lain seperti: Banten, Kelapa (Jakarta), Cirebon, dan sekitarnya menjadi kota Islam. Adalah Susuhunan Djari (Sunan Djati) pendiri kekuasaan Islam itu pada tahun 1546 di Cirebon.
.
Sunan Djati juga menyebarkan Islam di daerah pedalaman Sunda, seperti: Kuningan, Sindangkasih, Talaga, Luragung, Ukur, Cibalagung, Pagadingan, Indralaya, Batulayang, dan Timbanganten. Selain Sunan Djati, tokoh-tokoh lain juga ikut membantu dan melanjutkan penyebaran Islam, seperti: Pangeran Makhdum di daerah Pasir Luhur (Ciamis Timur), Syeikh Abdul Muhyi di daerah Pemijahan (Tasikmalaya Selatan), Pangeran Santri di daerah Sumedang, Aria Wangsa Goparana di daerah Subang, dan Aria Wiratanudatar (putra dari Aria Wangsa Goparana) di daerah Cianjur.
.
Di Banten, penyebaran Islam sangat intensif pada saat masa kepemimpinan Hasanuddin (1526-1570). Sedangkan di Bogor (saat itu menjadi ibu kota Kerajaan Sunda) berhasil di taklukan oleh Maulana Yusuf (anak dari Hasanuddin) pada tahun 1579 Masehi. Ia yang memimpin pasukan Banten untuk menduduki ibu kota Pakuan Pajajaran. Dengan demikian, pusat penyebaran Islam di Tatar Sunda ada dua, yaitu Cirebon dan Banten.
.
Selain menyebarkan Islam, ada juga upaya mempertahankan wilayah dari para penjajah yang datang memasuki Nusantara kala itu. Salah satu contohnya adalah upaya dari Syeikh Yusuf dan pengikutnya pada akhir abad ke-17. Saat itu mereka menghadapi para kompeni. Mereka (Syeikh Yusuf dan pengikutnya) tidak sendirian. Terdapat tentara Banten yang dipimpin oleh Sultan Agung Tirtayasa yang juga ikut membantu.
.
Selain menyebarkan Islam dengan mendirikan kekuasaan di daerah pesisir sebagaimana Banten yang dikepalai Hasanuddin, Cirebon yang dikepalai Sunan Djati, dan Kelapa yang dikepalai Fadhilah Khan, ada beberapa upaya lain, yaitu dengan: pernikahan, menjalin kerja sama dan persahabatan, dan menyebarkan guru-guru atau ulama-ulama di daerah pedalaman.
.
Setelah menyebarkan Islam, pada abad ke-18 mulai ada upaya untuk mempertahankan Islam. Upaya tersebut adalah mendirikan beberapa pesantren di berbagai daerah. Memang sebelum abad ke-18, pesantren sudah ada pada era Sunan Djati. Akan tetapi karena adanya gerakan-gerakan dan pengaruh dari penjajah yang mulai masuk ke dalam keraton-keraton, terutama tujuan mereka adalah Gospel (menyebarkan ajaran Barat atau Kristen) yang merupakan salah satu dari 3G (Glory, Gold, dan Gospel), pesantren mulai meluas dan dikenal untuk mencegah tujuan dan upaya penjajah tersebut. Contohnya adalah pesantren yang didirikan oleh Kiai Asyrafuddin di Sumedang dan Kyai Muqayyim di Cirebon Timur (1773).
.
Pada abad ke-20 mulai terjadi pembaharuan-pembaharuan Islam dengan munculnya beberapa organisasi Islam saat itu, seperti: Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama (NU), Persatuan Islam (Persis), dan Persatuan Umat Islam (PUI). Tidak hanya di Jawa Barat, akan tetapi pembaharuan tersebut juga menyebar di Seluruh Indonesia.
  • DaftarPustaka|Dr.H.Sulasman,M.Hum.|Suparman,M.Ag.|SejarahIslamdiAsia&Eropa|PustakaSetia|Bandung|CetakanPertama|2013|Hal.322sampai327|

Komentar