-->

Thread: Agama Candu - Karl Marx

Tidak ada komentar

Agama adalah candu adalah kritik Marx terhadap gereja yg saat itu meredam tindakan revolusioner kaum proletar dalam upaya mereka menentang kaum borjuis.

Mudahnya begini: Kaum proletar ditindas. Gereja berpihak kpd borjuis. Gereja mencuci "penindasan" sbg bentuk cobaan dari Tuhan untuk kaum proletar. Tuhan pasti akan menggantinya (nya: penindasan/ketidakadilan) kelak, di kehidupan nanti (Surga, tempat keadilan sesungguhnya).

Ucapan² gereja tersebut oleh sebagian proletar dianggap benar, sehingga mereka acuh akan segala hal ketidakadilan yg dilakukan para borjuis. Marx yg melihat fenomena tersebut, secara ekstrim menyatakan bahwa agama adalah candu. Disertai argumen² yg mendasarinya.

Seperti opium, dapat menghilangkan rasa sakit. Namun jika dikonsumsi berlebih, dapat menimbulkan kecanduan karena zat adiktif di dalamnya. Pula pada saat itu, Surga adalah penghilang rasa sakit yg tepat untuk kaum proletar, seakan-akan takdir & kasta tdk dapat dirubah.

Tak heran sampai skrg kalimat ekstrim Marx yg didasari kemuakannya waktu itu pada kapitalisme dicap sebagai idealisme (Marxisme) yg tidak bertuhan. Karena seperti ucapan Louis Althusser: "Bahwa dalam sejarahnya akan selalu ada satu ideologi yang mendominasi ideologi lainnya."

Kapitalisme sebagai ideologi pemenang dan bertahan hingga sampai saat ini, memiliki kekuatan untuk mengubah itu. Membuat kalimat yg utuh menjadi separuh dan mampu mendoktrin suatu budaya baru. Kenyataan ini seperti sebuah kutipan: "Sejarah (budaya) selalu dibuat oleh pemenang."

Simone de Beauvoir dlm bukunya Second Sex mengatakan: "Perlu adanya latar belakang etika dalam upaya mendalami permasalahan manusia. Seperti upaya manusia dalam memutuskan keputusannya, menyelesaikan masalah, dan kegiatan² manusia lainnya."

Dalam thread sebelumnya tentang Cak Nun & masalahnya waktu itu, sy menganalogikan dasar² manusia dlm mengambil keputusan seperti penjumlahan yg hasilnya adalah 10.

1+9 adalah org yg berbuat baik demi Surga

2+8 krn ingin diperhatikan lawan jenis (nafsu)

3+7 karena berharap timbal balik

4+6 karena yg ditolong adalah bagian keluarganya

Dan, 5+5 karena berdasarkan rasional & etikanya, perbuatannya itu memang diharuskan demikian

Kesemuanya menghasilkan 10 (berbuat baik). Namun yg mendasari tindakannya berbeda-beda.

Timbul pertanyaan: lalu diantara dasar tersebut, mana yg harus manusia jadikan pedoman? Pertanyaan itu dapat dijawab dengan baik oleh jiwa masing² berdasarkan kapasitasnya. Namun Joseph Butler berkata:

"Bahwa bukan cinta diri (egoisme) yang paling mencelakakan manusia, melainkan ketidakmampuan manusia untuk menguasai dorongan-dorongan irasionalnya."

Semoga thread ini menjadi sebuah wawasan tambahan bagi para pembacanya dan membuat pembaca mampu menyikapi berbagai keputusan dgn bijak, terutama pada akhir² ini yg mengenai dibatalkannya Piala Dunia U-20 di Indonesia yg juga masih berkaitan dgn "Agama adalah candu".

Semoga batalnya Indonesia menjadi host tidak membentuk sebuah budaya baru, mindset baru: membenci Palestina dan mengabaikan peri kemanusiaan, penjajahan, dan bentuk imperialisme lainnya.

Semoga justru menyadarkan bahwa Indonesia berada dibawah kepenguasaan org² yg tidak kompeten, tidak sesuai kapasitasnya.

Sehingga di pemilihan berikutnya, pembaca menjadi lebih bijak dalam memilih. Tdk terpengaruh "Agama sbg candu" yg menjadi politik identitas. Dan rela memilih yg tidak seagama (krn memiliki kapasitas).

twitter.com

Komentar