Hari ini, aku merasa cukup bahagia. Malah sangat bahagia. Karena akhir-akhir ini aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan. Tapi entah kenapa, rasa bahagia itu terasa hambar. Tak ada sama sekali gairahnya. Menyadari hal itu malah ngebuat aku jadi sedih. Rasa bahagiaku ini tak bisa aku bagikan kepada orang spesial.
Sepertinya, aku merindukan seorang kekasih.
Aku menjadi bawel di sosial media. Dan itu juga ga ngerubah apapun. Malah terlalu overshare di sana. Aku sadar terlambat. Bahagiaku masih hambar.
Huh. Kehidupan ini semakin lama semakin membosankan. Overthinking soal bahagia. Apa sebenarnya yang ingin ku kejar di dunia ini?
Setelah mimpi-mimpiku dan harapan-harapanku bersama Intan pupus, aku tidak bisa terus-menerus berada dalam genggaman kenangan masa lalu. Masa lalu yang ngebuatku malas sekali berinteraksi lagi dengan wanita-wanita baru. Walau agak seru menggoda dan merayu mereka. Tapi rasanya berbeda. Gairah untuk serius ga ada. Dan daripada ngebuang waktu untuk hal yang ga jelas, kuhentikan rayuan-rayuan itu.
Mengejar Eno' pun tidak bisa lagi. Satu-satunya jalan hanya mengaguminya dari jauh. Membiarkan dia memilih jalan hidupnya (dalam kutip tanpa aku di dalamnya).
Dua wanita itu yang hanya bisa membuat duniaku menarik. Arogan dan egois sekali. Aku hanya memikirkan duniaku. Tanpa mempedulikan kehidupan mereka. Menyesal? Ya menyesal. Tapi life must go on.
Tulisan ini adalah keluhanku serta upayaku untuk memikirkan apa yang seharusnya kulakukan (secara bijak dan berhati-hati) dalam keputusan selanjutnya. Pencipta sedang berusaha membuat jiwa kekanakan ini menjadi dewasa. Mau tak mau aku harus menerimanya. Demi masa depan terbaikku.